Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Yeremia 23:1-4
(1) “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” — demikianlah firman TUHAN. (2) Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: “Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN. (3) Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. (4) Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman TUHAN.
Yeremia menyampaikan peringatan keras ini pertama-tama kepada para “gembala”, yaitu para raja yang dianggap bertanggung jawab atas pembuangan umat Tuhan ke Babel. Pada waktu itu, fungsi raja bukan hanya sebagai penguasa tapi juga sebagai “gembala” yang akan menuntun umatnya. Hal ini tidak sulit untuk dimengerti karena pengangkatan seorang raja biasanya langsung berdasarkan petunjuk Tuhan. Seorang raja sekaligus adalah seorang “hamba” Tuhan. Selain memerintah, ia pun harus menggembalakan umatnya. Tetapi, sebagaimana dilihat oleh Yeremia, saat umat Tuhan sedang menderita sebagai “orang buangan” para pemimpin (kalangan istana dari Kerajaan Yehuda beserta para bangsawannya) justru mencari keuntungan politik kepada bangsa yang dianggap dapat mengayomi mereka, yaitu Mesir. Hal ini membangkitkan kemarahan Tuhan, sebab mereka dianggap mencari keuntungan sendiri sementara umatnya menanggung penderitaan.
Peringatan keras di atas juga disampaikan Yeremia kepada para nabi dan imam yang tidak menjalankan amanat Tuhan. Khususnya kelompok nabi Hananya yang menyampaikan nubuat-nubuat sesuka hatinya dan tidak berdasarkan petunjuk dan wahyu dari Allah. Tampaknya mereka beribadah kepada Allah, tapi sebenarnya mereka telah melakukan “perzinahan” rohani. Maksudnya, mereka telah bersekutu dengan penyembah-penyembah berhala dan membiarkan umat bertindak melawan Allah. Melihat keadaaan itu, Yeremia menyerukan pertobatan bagi para pemimpin agama dan pembaruan sikap dalam pelayanan (penggembalaan) mereka. Mereka harus menghentikan penyesatan-penyesatan yang mereka lakukan selama ini kepada umatnya.
Mengapa Yeremia menuntut pembaharuan sikap para “gembala”, bukankah setiap pribadi bertanggung jawab atas imannya sendiri? Bukankah segala sesuatu yang mereka lakukan, mereka sendirilah yang harus pertanggung jawabkannya kepada Tuhan? Betul, tetapi para pemimpin dan para gembala mempunyai tugas untuk menuntun “domba-dombanya” ke padang yang berumput hijau. Mereka harus mengumpulkan domba-domba agar tidak tercerai-berai dan tersesat di gurun tandus. Para gembala harus melindunginya dari sergapan singa yang berkeliaran mengintai kawanan domba setiap saat. Dan lagi, gembala harus memberikan teladan yang baik kepada domba-dombanya. Jika tidak, Allah akan menuntut mereka. Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka.
Peringatan Yeremia dalam perikop ini perlu dijadikan alat koreksi bagi setiap pemimpin baik pemerintah maupun para pengemban jabatan khusus dalam gereja (pastor, pendeta, penginjil, penatua, syamas, diaken, dll.). Pemerintah perlu bertanya, apakah dalam menjalankan tugas dan wewenang yang dipercayakan kepada mereka, kesatuan diutamakan, keadilan ditegakkan dan kemiskinan dientaskan? Para pemimpin agama harus melakukan intropeksi diri, apakah mereka benar-benar melayani dan membangun umat seturut dengan misi Allah? Apakah kaum terpinggirkan masih mereka pedulikan?
Ingat, teguran Tuhan dan penghukuman-Nya masih berlaku. Barangsiapa tidak bekerja sesuai dengan amanat yang telah diberikan-Nya (dan yang disambut dengan ikrar / kaul oleh hamba-Nya) maka dianggap sebagai hamba yang tidak bertanggung jawab. Kepada mereka Tuhan akan datang untuk menegur dan kalau perlu bertindak atasnya. Teguran dan tindakan Tuhan selalu bermaksud ‘mengembalikan’ kita ke jalan yang mestinya kita lalui. Tapi jika kita berkeras hati, Tuhan akan berpaling dari kita dan mencari serta mengangkat “gembala-gembala” yang lain, yang tentu saja lebih taat kepada-Nya.
Berat, sungguh berat tugas dan tanggung jawab para gembala. Meski begitu, Tuhan tidak pernah membiarkan mereka sendiri dalam bekerja. Ia menaungi dan menjagai mereka. Akan tetapi, jika mereka berpaling dari-Nya, maka Tuhan pun akan berpaling dari kehidupan mereka.