Orang selalu merindukan dan mengobsesikan kemenangan, sukses, keberhasilan, dalam bidang apapun juga. Seorang Henry Ford memberikan tip penting untuk mencapai keberhasilan. Ia berkata “Sebelum melakukan segala sesuatu yang lain persiapan adalah merupakan rahasia keberhasilan”. Tidak hanya Henry Ford yang berbicara tentang pentingnya _persiapan_ dalam melaksanakan sesuatu, tapi banyak tokoh lain yang berbicara tentang hal itu. Ada yang amat keras bicara tentang hal itu. Misalnya dinyatakan “seseorang yang tidak mempersiapkan dengan baik sebuah program, maka ia sebenarnya sedang mempersiapkan kegagalan”.
Nehru tokoh besar India punya pengalaman yang khas tentang keberhasilan. Kata Nehru “Keberhasilan biasanya datang kepada orang-orang yang berani dan bertindak; jarang datang kepada orang malu-malu yang takut dengan segala konsekuensinya. Kita bermain diatas panggung yang tinggi. Bila kita mencari cara untuk mencapai hal-hal yang besar, itu hanya bisa dilakukan dengan melalui bahaya yang besar.”
Henry Ford, Nehru, Nelson Mandela, Bunda Teresa atau siapapun pejuang, nasional atau internasional memiliki pengalaman sendiri-sendiri yang khas dan spesifik bagaimana memenangkan sebuah perjuangan dalam kehidupan ini, sehingga pada akhirnya menuai keberhasilan. Tentu dalam agenda mereka ada hal seputar ketekunan, komitmen tinggi, ketangguhan, spiritualitas, visi masa depan, selain *persiapan* sehingga mereka berhasil dalam kehidupan dan perjuangan mereka.
Dari berbagai pengalaman empirik jelas bahwa ada banyak cerita dan testimoni yang berkisah tentang bagaimana seseorang mencapai kemenangan, bagaimana juga cerita tentang orang-orang yang gagal mencapai sukses. Keberhasilan seseorang dalam mewujudkan cita-cita atau dalam menjalankan tugas pelayanannya ditentukan juga oleh faktor seseorang dekat yang mendampinginya. Sang Pendamping itu memberi masukan, kritik, koreksi, semangat, motivasi dan cinta membara. Acapkali peran pendamping itu tidak nampak, tidak di ekspose, bahkan ada semacam “silent operation” dan tidak diketahui publik. Baru pada saat-saat seseorang memasuki purna jabatan, kisah itu baru dibuka kepada publik.
Peranan pendamping itu (dan biasanya istri) memberi banyak sekali kontribusi bagi kedirian seseorang, dan bagi perwujudan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Dorongan dan semangat yang diberikan sang pendamping bagi seseorang mampu mengubah mindset seseorang sehingga lebih percaya diri dalam mengembangkan dirinya. Sebuah kisah lama tentang peran pendamping bisa memberi inspirasi bagi kita.
Pada saat Nathaniel Hawthorne kehilangan jabatannya di pemerintahan, ia pulang kerumah dengan diliputi perasaan kesal. Ia didera rasa putus asa yang amat sangat. Istrinya amat memahami kondisi suaminya itu. Ia tidak complain tetapi ia menyiapkan pena dan tinta diatas meja, menyalakan api di panggangan. Ia melingkarkan lengannya dipundak suaminya dan berkata “Sekarang kau memiliki kesempatan menulis bukumu”. Hawthorne amat tersentuh dengan apa yang dilakukan istrinya. Kemudian ia berhasil menciptakan *The Scarlet Letter*.
Ada banyak kisah-kisah dan testimoni tentang peran seorang pendamping dalam membantu keberhasilan suaminya (atau istrinya). Keberhasilan dan atau kemenangan memang terjadi karena banyak faktor, termasuk peran sang pendamping. Pendamping berfungsi juga sebagai konsultan yang akan mengingatkan dan mengarahkan agar upaya mencapai kemenangan itu tidak bertentangan dengan nilai agama, moral dan etik. Pepatah yang dikutip diawal tulisan ini menegaskan bahwa “kemenangan yang dicapai dengan kekerasan sama saja dengan kekalahan, karena kemenangan itu hanya sesaat”.
Kemenangan tidak boleh dicapai dan diperoleh dengan melawan hukum, menebar fitnah dan hoax, menyuap dan mendiskreditkan pihak lain. Sebagai umat beragama yang saleh kita menjauhkan diri dan menolak cara-cara negatif dalam mencapai kemenangan dalam bidang apapun. Mahatma Gandhi amat cerdas pemikirannya, mari kita wujudkan dalam realitas sejarah.
Selamat berjuang. God bless
Weinata Sairin