Oleh: Stefanus Widananta
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah; kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
Matius 22:39
Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama adalah bagian yang tak terpisahkan, seseorang tidak dapat mengatakan dia mengasihi Allah apabila tidak mengasihi manusia
Namun dalam kenyataannya, mengasihi sesama mengalami degradasi, kita biasanya mengasihi sesama kita kalau itu segolongan dengan kita atau paling tidak, hal itu bisa menguntungkan kita, atau paling tidak kita disebut sebagai orang yang baik
Dalam sumpah Hippocrates, sumpah seorang dokter, tersirat hukum yang kedua ini, makanya aneh kalau ada dokter yang berpikiran “SARA”
Yesus memberi perumpaan mengenai orang Samaria yang murah hati, sebagai gambaran, siapakah sesamaku itu
Orang Samaria bukanlah orang yang terhormat bagi bangsa Yahudi, mereka tidak bergaul satu sama lain, namun justru orang Samarialah yang menunjukkan belas kasihan kepada orang Yahudi yang dirampok dan dianiaya itu, tanpa memandang latar belakang dan etnisnya
Dia malah mau bersusah-susah membalut luka-lukanya, membawanya ke penginapan dan membayar biaya penginapan dan biaya perawatan
Paulus menjabarkan, kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu dan sabar menanggung segala sesuatu
Kasih tidak mengenal batas dan sekat
Tuhan Yesus sendiri berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu; kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”
Jangankan musuh, saudara kita sendiri saja seringkali kita benci, kita jauhi, padahal Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi mereka
Dan dalam mengasihi ada unsur mengampuni, lakukanlah itu
Tuhan Yesus memberkati