Mengutamakan Orang Lain

0
4707

 

 

Seorang pelayan Tuhan pasti mengutamakan orang lain. Yesus Kristus dalam hidup-Nya memiliki filosofi: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28). Seorang pemimpin yang melakukan apa yang Yesus lakukan, tidak akan berpikir mengenai kebutuhan diri sendiri; mereka hanya berpikir bahwa diri mereka senantiasa kurang bagi sesamanya. Memimpin seperti Yesus menuntut sikap rendah hati untuk menerima siapapun yang dibebankan kepada-Nya (Mat. 11:28). Kristus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna ketika Ia disalibkan. Kerendahan hati (humility) seperti yang ditampilkan Yesus ini merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem yang telah dibuat Yesus semasa hidup-Nya. Semua itu dilakukan demi untuk kepentingan orang lain. Hal inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah Yunani, yaitu mengesampingkan kemuliaan, artinya bahwa Ia memiliki kemuliaan tetapi menanggalkannya (Yoh. 17:4), yaitu: kedudukan sebagai Anak Allah (Yoh. 5:30; Ibr. 5:8), kekayaan yang tak terbatas (2Kor. 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi (Luk. 22:27; Mat. 20:28), dan penggunaan sifat-sifat Ilahi-Nya (Yoh. 5:19; 8:28; Yoh. 14:10).

 

“Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa Ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji yang dianggap kutuk di kayu salib. Berita-berita tentang ucapan, tindakan dan perbuatan Yesus yang ditulis pada paska kebangkitan Yesus dengan konteks kehidupan zaman itu, tidak boleh dianggap sekadar sebagai laporan peristiwa, melainkan harus dipahami sebagai kesaksian iman dengan pesan-pesan misiologis yang diperuntukkan bagi sesama. Pemahaman tentang kenyataan sikap rendah hati yang ditampilkan Yesus, secara esensial dapat terus ditelaah melalui penggalian secara mendalam teks Filipi pasal 2 ini. Seorang yang mengutamakan orang lain, pasti akan terus berusaha bagaimana hidupnya menjadi berkat bagi sesama. Ia tidak mempersoalkan apakah perbuatannya tersebut dilihat orang atau tidak. Baginya, kedudukan bukanlah sesuatu yang penting, sebab baginya yang penting adalah kehadirannya berarti bagi semua orang. Pelayan Tuhan seperti ini, melibatkan orang lain dalam pekerjaan Tuhan dan rela mengalah demi kepentingan pekerjaan Tuhan. Ia juga tidak akan bersikap diskriminatif dan nepotisme dalam pelayanan. Jabatan pelayan Tuhan tidak akan dipertahankan hanya karena ambisi untuk menyerahkan kekuasaan gerejani kepada keluarga sendiri.

 

Dalam Filipi 2:7 tertulis: melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Kata penting dalam teks ini untuk menunjukkan esensi pelayanan Yesus Kristus adalah etapeinosen (εταπεινωσεν). Kata etapeinosen adalah kata kerja yang memiliki beberapa pengertian, antara lain to depress, to humiliate (in condition or heart), abase, to bring low, humble (self). Kata tapeino (ταπεινω) dalam Filipi 2:7 hendak menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri dengan kerelaan. Hal ini ditegaskan dengan kata heauton (εαυτον), yang juga ada dalam ayat itu yang diterjemahkan “himself”. Perendahan diri yang dilakukan Tuhan Yesus adalah perendahan diri yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan penuh kerelaan. Hal ini memberi indikasi yang jelas bahwa kesediaan-Nya merendahkan diri bukanlah sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan. Dan semua ini terjadi karena kasih-Nya yang besar kepada manusia. Dari tindakan pengosongan diri ini, ditunjukkan bahwa semua orang berharga di mata-Nya. Perendahan diri Yesus merupakan pintu terbuka, bahwa Ia menyambut setiap orang yang datang kepada-Nya. Hal ini berarti bahwa Yesus menghargai setiap individu dan tidak meremehkan orang lain. Dengan demikian kerendahan hati berarti menyadari dan menekankan pentingnya orang lain. Hal ini bukan berarti merendahkan diri sendiri. Kerendahan hati juga mengangkat orang lain menjadi lebih penting dari diri sendiri. Harus diakui bahwa setiap orang memiliki kelebihan. Hal ini terbukti dalam prestasi pelayanan (jumlah jemaat, asset gereja, karunia yang menyertai dan lain-lain) dan menghargai orang lain yang tidak lebih unggul dari diri-Nya. Seorang pelayan Tuhan harus memiliki kerendahan hati seperti Tuhan Yesus ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here