Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana (Amsal 24 : 16)

0
6579

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

Siapapun dalam hidup ini pernah ‘jatuh’ baik jatuh dalam arti sebenarnya maupun jatuh dalam arti kiasan. Jatuh dalam arti sebenarnya misalnya : jatuh di kamar mandi yang menyebabkan terjadinya perdarahan diotak lalu harus diantar ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional; jatuh dari pohon kelapa karena pelepah yang diinjak sudah rapuh lalu diobati dengan meminum.air kelapa muda; jatuh karena tersandung “polisi tidur” yang ada di jalan; jatuh dari lantai 3 karena tangga kayu yang digunakan kuli bangunan untuk mengecor semen ternyata tidak kukuh. Banyak sekali contoh yang bisa diangkat tentang peristiwa jatuh yang dialami oleh setiap orang dalam ia merancang kehidupannya.

 

Jatuh dalam arti kiasan juga cukup banyak yang dialami oleh orang-orang dalam hidupnya. “Ia kini jatuh miskin sesudah seluruh harta bendanya dijual habis karena anaknya sangat boros dan terlibat rentenir”. “Dalam usia setengah baya ia jatuh cinta lagi dengan seorang gadis yang kemudian dipersuntingnya sebagai isteri”. “Teman-temannya yang acap menghabiskan waktunya di pub dan disko telah membawanya ke pergaulan bebas sehingga ia jatuh kelembah nista. Ia menjadi pengguna narkoba.” Kalimat-kalimat itu menunjukkan dengan amat jelas tentang pemakaian kata ‘jatuh’ dalam arti kiasan. Ya jatuh hati, jatuh cinta, jatuh ke lembah nista, jatuh miskin dan banyak lagi jatuh yang lain yang memberi informasi bagaimana setiap orang bisa mengalami ‘jatuh’ dalam hidupnya. Jatuh dalam arti sebenarnya atau jatuh dalam arti kiasan dialami oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya. Jatuh dalam dua aspek itu tentu saja memiliki dampak dalam kehidupan seseorang, dampak pada tubuh, dampak pada hati.

 

Sebagai orang beriman, kita juga mengalami jatuh dalam berbagai aspeknya. Kita jatuh karena kurang hati-hati, karena pengaruh orang lain, atau berbagai sebab lainnya. Tapi kita telah bertekad bahwa hidup ini harus terus _dirayakan_ apapun yang kita hadapi. Hidup adalah anugerah terindah yang Allah berikan bagi kita. Kita harus mengisi lembar-lembar kehidupan ini dengan narasi indah yang kita persembahkan bagi Allah dan sesama. Hidup bukan monoton dan stagnan. Hidup harus bergerak. Bahkan kita diberi tugas oleh Yesus agar selama hari masih siang kita harus mengerjakan pekerjaan Dia, karena akan datang malam dimana kita tidak dapat bekerja (Yoh 9:4). Hidup harus dijalani. Biar jatuh bangun. Hidup harus memancarkan sinar kebenaran dimanapun kita berada dan dalam kapasitas apapun kita. Paulus mengingatkan kita ‘jikalau kita di  bangkitkan bersama dengan Kristus carilah perkara yang diatas bukan yang dibumi (bdk Kol.3:1 dst). Orientasi hidup kita kearah yang diatas, yang vertikal dan bukan kepada yang dibumi.

 

Paulus tidak menyuruh kita untuk melupakan dunia kita, bumi kita dan kita lalu “fly”. Paulus ingin mengingatkan bahwa kita ini milik Allah yang sudah dibangkitkan bersama Kristus maka kita harus fokus kepada yang vertikal, _lokus_ kita di masa datang, tatkala kita mengalami kemuliaan bersama Allah! Kita tak boleh terbelenggu pada apa yang terjadi “dibawah” yang gaduh soal ‘kafir’, soal kelicikan para praktisi hukum, soal minoritas-mayoritas, soal negara khilafah dan sebagainya. Kita harus berjuang keras menegakkan keadilan dan kebenaran, dibawah, fokus dan orientasi kita tetap keatas, “dimana Kristus ada, duduk disebelah kanan Allah”.

 

Dibawah ada banyak isu/hal, ada banyak lokasi : Cipinang, Kelapa Dua, Medan Merdeka Selatan, Cempaka Putih, dsb, kita harus terus memantau berbagai isu dan lokasi agar kesemuanya bisa bermakna bagi pemajuan HAM dan peradaban manusia, dan tidak justru menjadi instrumen untuk menekan dan atau mendiskriminasi orang dan komunitas. Firman Allah dalam Amsal mengingatkan kita bahwa berapa kalipun orang benar jatuh ia akan bangun kembali, tetapi orang fasik *akan roboh dalam bencana*. Orang *fasik* (Ibrani : rasya, Yunani : parakoe) adalah orang yang tidak sungguh-sungguh menjalankan agama, berbuat jahat dan maksiat. Mereka adalah orang-orang dengan syahwat politik kuat tanpa moral dan adab, mereka yang menjadikan hukum sebagai alat kepuasan pribadi dan golongan. Bahkan mereka yang berniat jahat terhadap keutuhan NKRI. Semua orang fasik akan roboh dalam bencana!!!

 

Mari kita terus berjuang agar kebenaran itu terwujud dan keadilan itu benar-benar hidup. Tampilkan kekristenan yang cantik dan elegan

dimanapun dan kapanpun!

 

Selamat Merayakan Hari Minggu. God bless.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here