TU NE CEDE MALIS, SED CONTRA AUDENTIOR ITO. JANGANLAH MENYINGKIR DARI KESUKARAN, TETAPI HADAPILAH KESUKARAN ITU DENGAN LEBIH BERANI

0
1593

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Proses pembelajaran dalam hidup kita peroleh melalui berbagai cara dan bentuk. Orangtua kita sejak awal yang dengan tekun, sabar, setia, kontinyu memberikan pendidikan kepada kita. Mereka mengajarkan kita mulai dari mengucapkan kata, melangkah untuk mulai berjalan hingga bagaimana naik sepeda, seiring dengan perkembangan usia kita. Walaupun kemudian kita mulai masuk sekolah dan mendapat banyak ilmu, lalu organisasi keagamaan ikut juga menempa kita, namun orangtua tetap memberikan pendidikan kepada kita baik melalui kata-kata maupun perbuatan keteladanan mereka.

Kita diajarkan mengucapkan “selamat pagi” atau “selamat sore”, mengucapkan “terimakasih” jika diberi sesuatu, memberi hormat kepada orang yang lebih tua dan berbagai nilai dasar lainnya, oleh orangtua kita. Mereka juga mengajarkan tentang sikap jujur, sikap mengasihi orang lain tanpa membedakan suku, agama, golongan. Hingga kita sudah berumahtangga nasihat orang tua tetap diberikan kepada kita tanpa jemu dan lelah.

Proses pembelajaran dalam kehidupan memang diberikan pertama-tama oleh orangtua, kemudian diperkuat oleh komunitas/institusi keagamaan, institusi pendidikan dan juga kehidupan dalam masyarakat, termasuk didalamnya lingkungan kantor ditempat kita bekerja.

Pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan masyarakat menjadi amat penting maknanya bagi penguatan pribadi seseorang utamanya karena kehidupan masyarakat itu amat majemuk dari berbagai sisi. Di masyarakat kita bertemu dengan orang dari berbagai latarbelakang yang berbeda: usia, pendidikan, etnik, agama, strata sosial, pekerjaan yang membuat sebuah masyarakat itu menjadi amat kompleks.

Kehidupan masyarakat banyak di fahami orang sebagai “laboratorium kehidupan” atau semacam “kawah candradimuka” kehidupan itu sendiri. Artinya semua ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh itu “dites” atau diverifikasi dalam kehidupan masyarakat dengan tingkat kompleksitas yang tinggi.

Kita semua sebagai umat beragama memahami dengan baik proses pembelajaran hidup yang kita terima dari orangtua terlebih dari lembaga keagamaan kita masing-masing. Agama-agama selalu mengingatkan agar dalam menjalani kehidupan ini kita taat dan setia kepada perintah agama agar kita mampu menghadapi badai yang menerpa kehidupan kita.

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini mengingatkn kita agar kita tidak lari dari kesukaran hidup, kita hadapi dengan berani, dengan kekuatan iman kita. Ajaran agama dan pembelajaran yang kita terima dari berbagai sumber menjadi energi yang mrnguatkan kita. Mari hadapi tiap kesukaran dengan memohon kekuatan dan rahmatNya.

Selamat berjuang.God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here