Oleh: Stefanus Widananta
Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah
1 Petrus 2:16
Hidup merdeka tentu menuntut pola-pola hidup yang sesuai dengan nilai dan hakikat kemerdekaan itu sendiri, ada tanggung jawab dan ada resikonya.
Kalau tidak memiliki tanggung jawab, dapat berarti menyalahgunakan kemerdekaan itu sendiri.
Herodes dan Pilatus, mereka adalah orang-orang yang berkuasa, namun menjadi tidak merdeka untuk memutuskan perkara, tidak merdeka untuk bertindak adil dan tidak merdeka untuk berbuat kasih.
Ketika kemerdekaan itu dipahami sebagai kebebasan dan kebahagiaan pribadi, saat itulah justru kebebasan dan kebahagiaan membuat mereka kehilangan makna kemerdekaan yang sesungguhnya.
Bila kemerdekaan tidak dijalankan secara bertanggung jawab atau disalahgunakan, maka sesungguhnya kita tidak lagi sungguh-sungguh merdeka.
Misalnya ketika kita merasa berhak menentukan untuk datang beribadah atau tidak, memberi persembahan atau tidak, kita merasa bebas memilih, kita merasa, orang yang tidak ke gereja lebih baik dari yang ke gereja, kelihatannya memang kita merdeka dalam menentukan pilihan kita, tetapi sesungguhnya kita tidak merdeka, sebab diperhamba oleh kuasa dosa dan sesungguhnya kita tidak lagi merdeka.
Sebagai orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus, kita perlu memelihara kemerdekaan yang telah kita miliki.
Dalam khotbah, “Supaya benar-benar merdeka”, kita merdeka dalam arti sesungguhnya apabila mau kehilangan kemerdekaan pribadi kita yang dikendalikan oleh “aku” nya atau kita akan benar-benar merdeka, apabila dengan bebas, bukan karena dipaksa atau terpaksa, kita mempergunakan kebebasan kita untuk mengabdi, taat, berkorban dan memberi, juga untuk melayani sesama.
Tuhan Yesus memberkati.