PDT. WEINATA SAIRIN: HARUS DIULANG PERBUATAN BAIK DAN HENTIKAN AKTIVITAS TAK LAIK

0
1350

 

 

_”Decies repetita placebit._

Sepuluh kali di ulangpun masih tetap akan menyenangkan”.

 

Kata  “mengulang” memiliki makna yang beragam. Seseorang yang tidak lulus dalam test tertulis, biasanya diberi kesempatan untuk mengulang. Pada masa kita masih berada di bangku sekolah aktivitas yang kurang kita sukai di sekolah adalah “Ulangan”, ada yang disebut “Ulangan Umum” di zaman itu. Pada saat Ulangan, atau Ulangan Umum maka peserta didik harus menjawab pertanyaan tertulis dari berberapa mata pelajaran untuk mengecek sejauh mana daya serap peserta didik terhadap mata pelajaran yang sudah diberikan. Ulangan, test, ulangan tengah semester, ujian nasional, ujian nasional berbasis komputer, dan berbagai istilah sejenis hampir sama tujuannya yaitu mengecek sejauh mana seseorang/peserta didik menguasai mata pelajaran yang telah diberikan dalam suatu kurun waktu.

 

Istilah “ulangan” juga digunakan oleh pengelola program televisi dalam bentuk “siaran ulangan”. Ini adalah sebuah acara televisi yang oleh masyarakat dianggap bagus, dan memiliki _rating_ tinggi kemudian diulang lagi pada suatu waktu tertentu. Ada “siaran langsung”, “siaran tunda” selain “siaran ulangan” yang acap dilakukan oleh berbagai stasion televisi. Siaran pertandingan sepakbola, program talk show dengan tema yang bagus, program yang berkaitan dengan hukum, sering dilakukan siaran ulangan karena isi atau temanya dianggap bagus oleh para pemirsa TV di zaman baheula sebelum ada televisi, radio, RRI dizaman itu acap melakukan siaran ulangan bagi siaran yang dianggap penting bagi masyarakat, termasuk pidato Presiden pada HUT Kemerdekaan.

 

Film bagus, novel, puisi, buku filsafat, buku-bukunya Karen Armstrong kita sering membacanya berulang-ulang karena isinya sangat bagus dan setiap kali kita membacanya kita selalu saja mengalami _enlightment_. Mungkin ada juga orang yang membaca buku-buku tertentu berulang ulang, bukunya Agatha Christie, Dan Brown, atau buku Hamka, Pramudya, bahkan bukunya Kho Phing Hoo. Artinya membaca buku (yang bukan buku pelajaran) secara berulang-ulang bukanlah sesuatu yang aneh, tabu atau yang menggangu “stabilitas nasional”. Itu adalah sesuatu yang biasa, membaca Remy Silado, Puisi Dunia, Joko Pinurbo, Rendra atau Catatan Pinggirnya Gunawan Mohamad. Seseorang membaca sebuah buku itu berulang-ulang bukan saja karena isi, teknik penceritaannya bagus, narasinya ok tetapi juga karena ada buku atau jenis tulisan dari seorang pengarang yang harus dibaca beberapa kali baru bisa ditangkap _message_ nya.

 

Kata-kata atau istilah dalam sebuah pidato atau artikel makalah kadang-kadang secara sengaja diulang agar para pendengar pidato dan atau pembaca makalah memahami gagasan itu dengan baik dan menyebarkannya kepada pihak lain. Dulu Bung Karno yang dikenal sebagai orator, dalam pidato berintonasi kuat hampir selalu dalam pidatonya melakukan pengulangan kata atau istilah. Pengulangan, _repetitio_  adalah gaya Bung Karno dalam pidato, dengan kharisma yang kuat pidato itu membuat rakyat/audiens terkesima dan tidak bergerak walau hampir 2 jam mendengar pidato itu. Biasanya gaya bahasa Bung Karno dalam pidato : “Ayo Saudara-saudara, kobarkan terus dari pada semangatmu. Kita ini bukan bangsa tempe. Bangsa tempe. Bangsa tempe. Tetapi bangsa besar!”

 

Hal yang sering kita ulang, tentu saja bagian dari sebuah komposisi lagu yang disebut *Refrain* atau sering ditulis _Reffrein, bahkan Ulangan_. Refrain adalah satu atau dua baris lirik/melodi yang dituliskan sama (pola musik dan lirik) pada akhir setiap bait. Refrain biasanya mengandung pokok pikiran atau inti pesan dari sebuah lagu. Refrain bisa juga sebuah ornamen musik seperti nyanyian _oh_ atau *ah*.

 

Refrain yang isinya merupakan pengulangan dan penggarisbawahan message lagu amat penting maknanya bagi sebuah lagu utamanya dalam konteks “makna sosiologis” sebuah lagu. Refrain lagu itulah yang bisa membakar semangat banyak orang untuk berkiprah dan berkarya ditengah realitas sejarah.

 

Dengan demikian “ulangan” dan atau “pengulangan” memilki makna yang beragam, sesuai dengan konteks kalimatnya. Dalam perspektif lain dizaman kita kecil orang tua kita sering _mengulang_ materi nasihat kepada kita sehingga kita bosan bahkan complain. Mungkin sekarang ini orang-orang yang terdekat dengan kitalah yang sering mengulang-ulang bermacam kata kepada kita.

 

Dr TB Simatupang, yang akrab di panggil pak Sim, seorang figur yang pernah menjadi Kepala KSAP dalam usia muda, dan yang kemudian aktif di PGI acap mengulang istilah “Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila” (PNSPP) sampai istilah itu masuk GBHN.

 

Pada umumnya kata “ulangan” itu memiliki konotasi yang positif. Semua perbuatan baik, positif, sesuai dengan ajaran agama dan tidak melawan hukum harus diulang-ulang tanpa henti. Membaca Kitab Suci, Beribadah, Beramal Saleh, Baksos, Diakonia, Kunjungan ke Lapas dan sebaiknya harus disinambungkan.

 

Tuhan Yang Maha Esa setia dan mengulang-ulang berkatNya bagi kita tanpa jemu. Kita harus terus mengulang-ulang berelasi dan memuji Dia tanpa lelah hingga maut merenggut.

 

Selamat Berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here