Oleh: P. Adriyanto
Berikut adalah profil dari seorang pemimpin yang tangguh:
* Memiliki Strategic thinking
* Mementingkan dan mampu menciptakan *team leadership* yang dapat menggerakkan organisasi lebih dinamis dan luwes/Flexible
* Berorientasi pada pencapaian prestasi yang tinggi
* Memperhatikan dan memperhitungkan dampak dan pengarahan atas keputusan-keputusan yang diambilnya.
* Memiliki prinsip kepemimpinan 4 E seperti yang diterapkan oleh Jack Welch:
π *Energize*
Seorang pemimpin harus memberdayakan/memberi energi kepada para pengikutnya melalui pemberian motivasi dan menularkan antusiasme untuk memaksimalkan potensi organisasi.
π *Energy”*
Memiliki energi yang besar dan kuat untuk bertindak.
π *Edge/ketajaman*
Memilki semangat bersaing, punya naluri untuk memberi dorongan yang kuat untuk bekerja secara cepat dan memberi saran-saran yang menantang.
π *Execute*
Memiliki track record pencapaian hasil yang memiliki nilai-nilai tinggi.
# *_PILAR III: KEMAMPUAN MANAJERIAL_*
Manajemen terutama dewan direksi (board) sebaiknya tidak berspesialisasi dalam knowledge & skill (competency).
Setiap anggota direksi walaupun menjalankan fungsi yang berbeda-beda (President, CEO, CMO, CFO, CHRO, COO, dan lain-lain), tapi harus mampu menguasai bidang-bidang/aspek-aspek pekerjaan di bawah ini:
✓ Money Mastery
✓ Breakeven Mastery
✓ Profit Margin Mastery
✓ Reporting Mastery
✓ Test & Measure Mastery
✓ Delivery Mastery
✓ Time Mastery
✓ Target Mastery
✓ Self Master
π *Money Mastery*
Setiap manajemen/eksekutif dan direksi harus menguasai seluk-beluk keuangan. Seorang CHRO (Direktur HRD) sebagai contoh, harus selalu mengutamakan efisiensi dalam pelaksanaan fungsinya, dia tidak boleh menyerahkan masalah keuangan kepada CFO (Direktur Keuangan), tanpa mau tahu dengan alasan tidak dapat menginjak domain orang/bidang lain.
Ambil contoh, bila CFO ingin menerapkan strategi cost down yang terlalu drastis sehingga mengganggu produktivitas tenaga, maka CHRO harus meluruskannya. Sebaliknya, CHRO juga berkewajiban untuk membantu strategi cost down/cut cost yang potensial dengan melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan kesadaran biaya/cost consciousness di kalangan karyawan mulai dari tingkat rank and file sampai dengan tingkat eksekutif.
π *Breakeven Mastery*
Penguasaan terhadap prinsip-prinsip breakeven/titik impas adalah merupakan kunci untuk memperoleh profit.
Banyak eksekutif sampai dengan CEO yang buta terhadap pentingnya breakeven analisis ini, dan mereka menerapkan cara perhitungan yang ngawur. Suatu contoh, merekam menetapkan patokan bahwa untuk mendapat profit, maka Sales/penjualan minimal harus 3X Cost. Patokan ini tidak berbicara apa apa dan tidak memberi petunjuk, bagaimana meningkatkan profit dan tidak ada usaha untuk menekan cost yang dianggap sebagai constant variable.
[ *Catatan:* setelah artikel ini berakhir, saya akan sajikan kembali prinsip/teknik breakeven analysis, walaupun sudah dua kali saya sajikani)
Akibat buta terhadap berapa penjualan harus ditingkatkan dan atau biaya harus ditekan agar diperoleh breakeven/impas (tidak untung dan tidak rugi), dan berapa besar penjualan harus ditingkatkan dan biaya harus ditekan, agar dapat diperoleh laba yang dikehendaki, maka tidak dapat dilakukan tindakan-tindakan strategik yang tepat.
Bila CEO terlalu otokrat dan memaksakan kehendaknya, maka perusahaan akan hancur karena penjualan tidak dapat ditingkatkankan dan biaya terus meroket. Penerapan sistem insentif untuk meningkatkan penjualan tidak pernah berhasil karena tidak berpijak pada fakta, tapi lebih pada ambisi CEO.
π *Profit Margin Mastery*
Profit Margin adalah persentase antara profit vs sales. Net profit margin adalah persentase net profit terhadap sales. Banyak manajemen/eksekutif yang juga tidak memahami untuk apa radio di atas, dan sebagian menganggap sebagai teori belaka. Mereka terus memacu penjualan sampai setinggi-tingginya tanpa sadar bahwa peningkatan penjualan membawa konsekuensi peningkatan biaya baik biaya penjualan maupun cost of fund, karena mereka butuh tambahan modal kerja untuk menunjang peningkatan penjualan, dan kebutuhan tambahan modal kerja tersebutm paling gampang di danau oleh hutang/kredit bank. Tidak mustahil bila penjualan ditingkatkan, profit margin malah menurun.