Jakarta, Suarakristen.com
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Akhir-akhir ini kita menemukan rupa tokoh politik yang menggangu rasa adil kita. Kehadiran Kiayi Yahya Staquf dalam American-Jewish Committee di Israel menjadi pembahasan hangat. Di penghujung Ramadhan, justru para tokoh oposan kembali menyemai kebencian.
Menurut Osmar Tanjung, Pendiri Pusat Kajian Pengembangan Berdikari (PKPBerdikari), sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat, kita juga harus “adil dalam pikiran”. Publik tidak boleh dibiarkan terus-terusan mengkonsumsi informasi yang menghasut.
Kehadiran Kiyai Yahya Cholil Stafuq di Israel bukan atasnama PB NU, bukan atasnama Wantimpres. Kapasitas beliau hadir di Israel adalah sebagai pribadi, sebagai seorang yang memperjuangkan ide dan gagasan Gus Dur .
Misi Kiyai Yahya jelas membawa misi mendorong upaya dialog perdamaian antar warga (people to people dialogue). Strategi yang diemban beliau adalah mempengaruhi masyarakat sipil di dunia agar terbangun suatu “dialog perdamaian”, termasuk Palestina.
Bagi Abi Rekso, Juru Bicara PKP Berdikari, niatan luhur Kiyai Yahya Cholil Stafuq patut didukung oleh semua pihak. Pendekatan kekerasan, apalagi menggunakan militer, tidak pernah menghasilkan perdamaian yang langgeng yang hanya menghasilkan lingkaran kekerasan yang tidak ada ujungnya.
Pusat Kajian dan Pengembangan Berdikari (PKPBerdikari)
mencatat pernyataan Presiden Joko Widodo, bahwa kehadiran Kiyai Yahya Cholil Staquf tidak merepresentasikan pemerintah. Begitu juga pendapat Kiyai Said Aqil Siroj selaku Ketua Umum PBNU, bahwa kehadiran Kiai Yahya Cholil Staquf bukan atas nama PB NU.
Jelas bahwa politik luar negri kita adalah politik “bebas aktif” dalam mendorong terwujudnya perdamaian dunia, tambah Abi Rekso.
Sebagaimana yang kita ketahui, dalam isi ceramah Kiayi Yahya Cholil Staquf, tidak ada satu kalimat pun membenarkan invasi Israel. Kiayi Yahya Cholil Staquf memaparkan bahwa dunia sedang dilanda krisis beragama. Artinya agama hanya dijadikan alat untuk berkuasa dan mencari keuntungan. Tidak terkecuali di Indonesia yang majemuk masyarakatnya yang hidup dalam kebhinekaan.
Ummat Islam harus berubah agar tidak mudah terjebak dengan kepentingan-kepentingan kuasa. Karena tidak ada obat yang paling mujarab, selain merubah pola atau gaya hidup.
Dalam pidato penutupnya Kiayi Yahya Cholil Staquf bernasihat terkait “rahmah”. Sebuah konsep keadilan yang baik bagi semua ummat manusia tanpa terkecuali. Keadilan yang baik bukan saja sesuatu yang kita tuntut. Kendati, juga keinginan yang kuat untuk memberikan. Sehingga tidak ada jalan lain selain memilih “rahmah” dalam merawat serta menciptakan perdamaian dunia.
PKPBerdikari sebagai pusat informasi dan pendidikan rakyat menyerukan agar masyarakat luas tidak mudah terprovokasi. PKPBerdikari berkeyakinan penuh, bahwa mereka yang menghujat semata-mata sebagai upaya memecah belah umat Muslim di Indonesia. Mari, di bulan yang baik ini jangan kita merusak rasa damai dalam berbangsa. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1439 Hijriah.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ