LAI dan Gerakan Oikoumene Akar Rumput

0
1640

 

 

Oleh Sigit Triyono (Sekum LAI)

www.alkitab.or.id  IG: lembagaalkitabindonesia

 

Realitas menunjukkan di Indonesia ada setidaknya 323 Sinode Gereja yang terdaftar di kantor Bimas Kristen Protestan Kementerian Agama RI. Di sisi lain sejak 1950 cita-cita untuk mempersatukan Gereja melalui Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) sampai saat ini baru mampu menghimpun 89 Sinode Gereja. Persentasenya baru 27,55% Sinode Gereja di Indonesia yang masuk dalam arak-arakan struktural kebersatuan Gereja. Perjalanan 68 tahun PGI ternyata belum cukup mampu merealisasikan adanya “Gereja yang satu” di Indonesia.

Perbedaan doktrin, ajaran, dan atau denominasi Gereja sangat mengkin terus terjadi dan dapat menimbulkan ketidakbersatuan umat Kristen di Indonesia. Lokasi, liturgi, pilihan lagu-lagu pujian, gaya kotbah, dan berbagai perlengkapan teknologi gedung Gereja,  seringkali membuat umat memiliki referensi pilihan dalam ber-gereja. Realitas menunjukkan berbagai alasan lain dapat membuat umat Kristen di Indonesia semakin bertambah sulit dipersatukan dalam satu wadah sinode Gereja.

Fenomena di atas lagi-lagi menunjukan  perjuangan yang semakin tidak mudah dalam mempersatukan umat Kristen di Indonesia. Lalu unsur apa yang masih memungkinkan menjadi  harapan dalam gerakan kebersatuan atau oikoumene? Kenyataan di lapangan menunjukkan sesungguhnya umat Kristen Protestan dan Katolik di “akar rumput” sudah lama menjalin kebersatuan yang sangat riil. Betapa tidak, hampir 100% sinode Gereja-gereja Kristen Protestan di Indonesia, bahkan plus Gereja Katolik, semuanya menggunakan Alkitab yang sama, yaitu Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia.

Alkitab menjadi simbol kebersatuan umat Kristen Protestan dan Katolik di Indonesia. Apapun sinode Gerejanya, Alkitabnya berasal dari LAI. Tidak bermaksud membesar-besarkan realitas yang ada, namun memang begitulah adanya.  Saya pribadi sudah berhubungan intens melalui berbagai forum dengan berbagi Sinode Gereja di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Bali, Timor, Alor, Sumba, sampai Papua, yang semuanya menggunakan Alkitab terjemahan LAI. Hal ini juga tercatum dalam dokumen LAI yang menyebutkan  bahwa Lembaga Gereja Tingkat Nasional (PGI, KWI, PGLII, PGPI, PBI, Bala Keselamatan, GMAHK, dan GOI) semuanya terlibat dalam karya terjemahan Alkitab yang diterbitkan LAI. Itu menunjukkan mereka menerima dan menggunakan Alkitab terjemahan LAI.

Dengan realitas di atas maka Alkitab di Indonesia dapat menjadi pemersatu yang riil dan melaluinya dapat dikembangkan kepada aspek lain yang sungguh mendukung gerakan oikoumene. Sebagai contoh konkret, dalam tiga bulan terakhir saya keluar masuk Gereja di berbagai wilayah dan denominasi untuk mensosialisasi gerakan “Alkitab Untuk Semua”. Dengan sosialisasi gerakan ini diharapkan semakin banyak Gereja dari sinode apapun ikut bergabung dalam arak-arakan dan pelayanan bersama LAI. Hasilnya sungguh sangat luar biasa. Antusiasme umat sangat terasa. Solidaritas mereka untuk membantu pengadaan Alkitab bagi saudara-saudara seiman di daerah pelosok dan terpencil di Indonesia sangatlah besar.

Contoh lain adalah program Pendidikan Alkitab yang diselenggarakan di Gedung Pusat Alkitab Jalan Salemba No 12 Jakarta Pusat mendapat sambutan yang “mbludak” dari umat berbagai denominasi Gereja. Malahan umat Kristen Katolik memperlihatkan antusiasme yang sangat besar dalam belajar Alkitab. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa Alkitab di Indonesia terbukti mampu mempersatukan umat Kristen (Protestan dan Katolik) di akar rumput dalam kerjasama yang nyata.

Masih ada peluang lain yang dapat dikembangkan untuk merealisasi semangat oikoumene di akar rumput, antara lain adalah dengan: gerakan Aku Cinta Alkitab,  menjadi Sahabat Alkitab, Ekspedisi Alkitab Untuk Semua, Membaca seluruh Alkitab dalam satu tahun, mendukung karya terjemahan Alkitab ke berbagai Bahasa daerah, Pendidikan Alkitab Liburan, mendukung gerakan Satu Alkitab untuk setiap Kelahiran Baru, dan lain-lain.

Cita-cita kebersatuan Gereja di Indonesia ternyata sungguh dapat diwujudkan melalui hal-hal yang konkret dalam keseharian umat Kristen di akar rumput. Baiklah para “elit” Gereja melakukan rapat-rapat, diskusi, seminar, lokakarya, konferensi, konsultasi, kongres, musyawarah, dan berbagai forum lain untuk mewujudkan kebersatuan Gereja di Indonesia. Akan lebih dahsyat lagi bila secara paralel bentuk-bentuk riil ekumenikal berbasis “Alkitab yang sama” dapat terus dikembangkan di seluruh Indonesia.

*#SalamAlkitabUntukSemua.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here