Oleh: Pdt. Fridris Jimson Siburian S.Th
Nas : Mazmur 85:8 (TB) (85-9) Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan.
Siapa sih di antara kita yang senang disebut bodoh. Saya percaya tidak seorangpun yang mau disebut bodoh bukan?? Ternyata julukan orang bodoh bisa sewaktu-waktu datang kepada siapa saja, tanpa milih orangnya siapa saja yang mau di hinggapinya, pun tidak terkecuali kita sebagai anak-anak Tuhan.
Mengapa demikian? Itu tak lain tak bukan karena kita hanya membiarkan telinga kita menempel begitu saja tanpa pernah mempergunakannya dengan baik.
Itu tidak ubahnya kita sama seperti makhluk lainnya. Pemazmur mengajarkan kepada kita ada sebuah perbedaan yang signifikan (amat berbeda) tentang mereka yang tidak bisa mempergunakan telinga dengan mereka yang bisa mempergunakan telinganya dengan baik.
Mereka yang tidak mempergunakan telinganya dengan baik, dinamakan orang yang kembali kepada “Kebodohannya”.
Memang pada mulanya kita semua adalah orang bodoh karena Alkitab berkata dengan tandas sebelum kita dikasihi dan mengenal Allah yang benar. Alkitab membenarkannya: ” Sungguh, bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat , tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu” (Yeremia 4:22). Kebodohan yang sangat besar adalah ketika kita tidak suka membuka telinga yang sudah Tuhan berikan untuk mendengar suara Tuhan atau Firman-Nya. Sehingga akibat kebodohan tersebut seseorang tidak suka berdamai tetapi pekerjaannya hanya untuk membuat kekacauan, keributan dan peperangan. Kita semua mengetahui bahwa kita dipanggil Allah dan ditempatkan di bumi ini bukan untuk membuat onar, kekacauan atau perang, akan tetapi untuk membawa “DAMAI” bagi semua orang, karena kita adalah anak-anak Allah (Matius 5:9).
Jadi, jika kita adalah pengikut atau murid Kristus Yesus yang benar bukan yang palsu, maka kita harus menunjukkan pada semua orang bahwa kita adalah anak-anak damai. Memang tidak perkara yang mudah untuk menjadi agen-agen damai, tidak semudah membalikkan koin, dikarenakan banyak hal-hal yang akan merintangi kita, malahan tawaran yang menggiurkan dan menjanjikan bisa saja datang mempengaruhi kita supaya kita anti damai. Akan tetapi kasih serta Kuasa Kristus yang diberikan-Nya dengan limpahnya atas setiap kita, dengan penyerahan diri sepenuhnya pada Kristus, akan memampukan kita dapat memiliki pengendalian diri dari setiap yang mempengaruhi kita supaya tidak suka damai. Dengan demikian tidak lagi kita kembali kepada kebodohan kita sewaktu kita belum mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus Tuhan kita.
Akan tetapi yang lama sudah kita tinggalkan dan kita menjadi manusia yang baru (2 Korintus 5:17) yang suka damai. Mari bersama jangan menjadi orang bodoh, buanglah kebodohan, hadirkanlah damai di manapun kita berada agar semua orang melihat bahwa kita adalah pengikut Kristus yang akan membuat semua orang percaya pada-Nya bahwa Yesuslah Juruselamat semua orang. Amen, TerpujilahTuhan Yesus atas Firman-Nya.
Pdt. Fridris Jimson Siburian S.Th