Sejahtera dan Adil

0
2226

 

 

 

Oleh:  Sigit Triyono (Sekum LAI)

www.alkitab.or.id

 

 

Semua orang ingin hidup sejahtera. Menurut kamus bahasa Indonesia sejahtera memiliki arti aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Banyak cara ditempuh untuk mencapai kondisi ini. Lalu cukupkah hidup sejahtera tanpa keadilan? Disinilah diskusi menjadi keharusan dan menuntut pandangan-pandangan yang lebih multifaset serta holistik.

Hari Jumat 6 April 2018 bertempat di Gedung Pusat Alkitab Jakarta telah dilaksanakan diskusi yang membahas aspek di atas di dalam kerangka Bedah Buku: Alkitab Hidup Sejahtera Berkeadilan (AHSB). Acara ini diprakarsasi oleh Lembaga Alkitab Indonesia dan BPK Gunung Mulia Jakarta.

Dihadiri tidak kurang dari 200 peserta, ada lima narasumber dihadirkan dan masing-masing memberikan paparan telaah terhadap isu hidup sejahtera dan adil serta isi buku di atas.

Pendeta Anwar Tjen, PhD. Kepala Departemen Penerjemahan LAI memaparkan tentang relevansi terbitnya AHSB yang dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran bahwa umat juga perlu dibantu dengan bahan-bahan pelengkap supaya apa yang dibacanya tidak saja dimengerti tetapi juga bisa menyentuh hati, dan mengubah hidupnya. Buku AHSB memberikan tanda warna khusus kepada ribuan ayat yang berhubungan dengan Hidup Sejahtera Berkeadilan.

Pendeta Sylvana Apituley, tenaga ahli utama di Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, menyuarakan tentang keadilan dari sisi tafsir feminis. Ada beberapa ayat di dalam Alkitab yang membutuhkan pendekatan tafsir yang lebih berimbang dan tidak didominasi oleh kaum adam.

Dr Albert Hasibuan, tokoh senior yang sudah malang melintang di berbagai pengabdian kenegaraan,  mengungkapkan apresiasinya kepada LAI yang sudah berinovasi dalam penerbitan Alkitab Tematis ini. Dengan adanya Alkitab ini sungguh menunjukkan kepedulian LAI terhadap isu kesejahteraan dan keadilan yang sangat relevan dengan bangsa Indonesia.

Pdt. Dr Ronny Mandang, Ketua Umum Persekutuan Persekutuan Gereja Gereja Dan Lembaga Lembaga Injili Indonesia (PGLII), menyatakan bahwa hidup tidak semakin mudah dan untuk itu dibutuhkan fokus kepada Alkitab. Gereja yang tidak fokus lagi terhadap Alkitab maka akan membawa kepada kehancuran. Umat membutuhkan bimbingan dan tuntunan dari Alkitab yang sudah terbukti menghidupkan dan terus bertumbuh dalam iman.

Romo Benny Susetyo, Pr. Rohaniwan Katolik yang aktif di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, mengutarakan pentingnya membaca Alkitab yang dipraktikkan sebagai habitus dalam keseharian. Alkitab yang sekadar hanya dipakai sebagai alat ritual tidak akan memiliki dampak hidup sejahtera berkeadilan.

Di akhir diskusi moderator Pendeta Weinata Sairin, MTh memberi catatan penutup: (1) Karya inovatif LAI akan terus dilanjutkan dalam bentuk penerbitan Alkitab Edisi Khusus, menyusul Alkitab Edisi Studi, Alkitab Financial, dan Alkitab Hidup Sejahtera Berkeadilan. Dukungan Gereja-gereja dan mitra LAI terhadap program LAI amat diharapkan khususnya di bidang dana. (2) Alkitab harus dibaca oleh warga Gereja secara holistik dan komprehensif sehingga makna utama dari setiap bagian Alkitab dapat dipahami dengan baik demi perwujudannya dalam aspek praksis. (3) Alkitab harus menjadi nafas, roh, spirit, acuan, referensi, habitus bagi umat agar perjalanan umat dalam menapaki lorong-lorong sejarah menuju terminal yang penghabisan, tetap berada dalam kuasa Allah.

*Salam #AlkitabUntukSemua*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here