Refleksi 232
Oleh: Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id
Hari ini 23 Maret tepat satu bulan saya menunaikan tugas sebagai Sekum LAI. Bagus juga menengok sejenak ke belakang untuk bersiap lari lebih kencang ke depan.
Angka 232 mengacu kepada tanggal 23 Februari satu bulan yang lalu dimana saya menyatakan “iya dengan segenap hati” untuk melayaniNya melalui LAI.
Dalam satu bulan ini saya sudah bertanya dan mendengar hampir semua karyawan LAI di semua bagian di kantor Pusat Jl Salemba 12 Jakarta (ada 80 orang) dan semua staf dan pimpinan di Percetakan Nanggewer (tidak kurang dari 30 orang).
Yang saya tanyakan kepada setiap karyawan hanya 3 hal: (1) Apa yang diharapkan dari hidup dan kerjanya? (2) Bagaimana cara mewujudkan harapan tersebut? dan (3) Apa kendala serius untuk mewujudkan harapan tersebut?
Dari jawaban-jawaban yang diberikan sungguh membuat hati saya berbunga-bunga dan sangat sukacita. Betapa tidak, karena semua karyawan LAI memiliki harapan yang sangat positif akan masa depan dirinya dan harapan positif kepada LAI dimana tempat mereka bekerja. Tak ada satupun karyawan yang tidak memiliki harapan.
Ini modal sosial yang sangat digdaya. Dengan harapan di benaknya, manusia pasti semangat melangkah ke depan dan tidak mandek di satu tempat.
Lebih membanggakan lagi, masing-masing karyawan rata-rata memiliki program atau ide-ide untuk mewujudkan harapannya. Tentu sangatlah wajar mereka juga memiliki kendala-kendala untuk mewujudkan harapan tersebut.
Intinya secara umum karyawan LAI memiliki spirit yang kuat untuk bersama-sama melayani di lembaga penerjemah, pencetak dan penyebar Alkitab ini. Mereka juga memiliki solusi untuk mengatasi kendala yang mereka hadapi.
Spirit yang positif di atas mensugesti saya untuk melangkah cepat. Hanya dalam waktu satu bulan, saya sudah berkunjung, bertemu, dan berdialog dengan para pimpinan setidaknya 12 lembaga mitra LAI, yaitu: PGI di Jakarta, Yakkum di Solo, GKJ Manahan Solo, GKI Jakarta dan Semarang, GBI Jakarta dan Semarang, GKMI Semarang, GKPS, GKPI, HKI, GPI dan GPDI di Pematang Siantar.
Dari perjumaan dan dialog tersebut saya merasakan betapa 64 tahun LAI di Indonesia adalah bagian tak terpisahkan dari pelayanan Gereja-gereja di Indonesia.
Yang lebih mengejutkan dan membanggakan lagi, ternyata LAI masuk dalam klausul Anggaran Dasar Gereja Prntakosta Di Indonesia (GPDI) Pasal 3: Azaz Gereja, yang berbunyi demikian:
1. Gereja Pentakosta Di Indonesia berazazkan Alkitab yang diterbitkan oleh LAI.
Fakta-fakta di atas menunjukkan adanya dukungan yang penuh baik secara internal (karyawan) maupun eksternal (para mitra).
Tidak ada alasan lagi untuk tidak berlari. Tuntutan jaman now dimana segala sesuatu harus serba cepat dan cermat, hendaknya menjadi pemicu LAI untuk berlari lebih kencang ke depan. Segala potensi di internal dan segala dukungan dari para mitra dari luar hendaknya dapat diintegrasikan dan disinergikan.
Masih banyak potensi yang dapat dioptimalkan. Masih banyak mitra yang menunggu disentuh nuraninya. Masih banyak waktu ke depan untuk melangkah bersama. Ini baru 30 hari, belum 100 hari, juga belum satu tahun bekerja full time di LAI.
*”Apa Kabar?:*
*”Selalu Antusias!!”*
*”LAI?”:*
*”Alkitab Untuk Semua.”* Setidaknya yel-yel di atas sudah tersosialisasi di LAI dan semoga mampu mengintegrasikan semangat untuk selalu bersinergi.
Salam Alkitab Untuk Semua.