Oleh: Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id
“Selama ini LAI sudah banyak membagikan Alkitab ke berbagai wilayah terpencil di Nusantara. Namun bagaimana dengan keterbacaannya mengingat banyak yang masih buta aksara?” kata Pak Setio Boedi dari Semarang beberapa waktu lalu.
Pertanyaan yang sama diungkapkan oleh aktivis Gereja Kristen Indonesia di Jakarta. “Apa tidak sia-sia Alkitab-Alkitab itu bila tidak dibaca?” tanyanya dengan nada prihatin.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dua sahabat yang sangat atentif terhadap program-program LAI dan prihatin kepada saudara-saudara kita yang masih buta aksara. Faktanya memang masih ada 3,56 persen penduduk Indonesia atau 5,7 juta orang masih buta aksara. Ini berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) per tahun 2015.
Salah satu mandat LAI adalah mengupayakan agar Alkitab dapat dibaca, dihayati dan menggerakkan perubahan hidup bagi para pembacanya. Selain menerjemahkan, memproduksi, menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya, LAI juga menjalankan program “Bible Engagement.”
Nama program yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia agak sulit mencari padanannya, kami sederhanakan menjadi program “Keterbacaan Alkitab”, yang tujuan akhirnya adalah agar Alkitab dapat dibaca, dihayati dan dapat merubah hidup seseorang ke arah positif.
Salah satu bentuk program “Keterbacaan Alkitab” adalah melalui Pemberantasan Buta Aksara bagi Pembaca Baru Alkitab (PBA) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2001 di berbagai wilayah di Indonesia.
Secara rinci wilayah-wilayah yang pernah dan sedang menjadi sasaran program PBA LAI adalah: pada tahun 2001-2002: Paniai & Nabire, Papua; 2004: Timor Tengah Selatan, NTT; 2005: Sintang, Kalimantan Barat; 2006: Banggai, Sulawesi Tengah; 2007: Bengkulu; 2008: Mamasa, Sulawesi Barat; 2009: Mamuju, Sulawesi Barat; 2010: Bintuni, Papua Barat; 2011: Nias, Sumatera Utara; 2012: Donggala, Sulawesi Tengah; 2013: Sanggau, Kalimantan Barat; 2014: Sumba Barat Daya, NTT; 2015: Malaka & Belu, NTT; 2016-2017: Sumba Barat, NTT; 2017-2018: Boven Digoel, Papua; dan 2018-2019: Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Dengan durasi belajar 11 bulan, jumlah rata-rata peserta dalam satu wilayah sekitar 1000 orang. Dibandingkan dengan keberadaan penduduk buta aksara, jumlah ini sangatlah sedikit. Masih banyak sekali peluang yang dapat dikerjakan.
Bentuk-bentuk lain dari program “Keterbacaan Alkitab” adalah seminar-seminar tentang Alkitab, siaran-siaran radio tentang Alkitab, terbitan-terbitan cetak dan digital yang mengarahkan kepada semangat membaca Alkitab, serta kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka membaca, menghayati dan mempraktikkan ajaran Alkitab.
LAI masih membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak untuk melaksanakan hal-hal di atas demi terwujudnya “Alkitab Untuk Semua”.
*Bagi yang tergerak untuk mendukung program “Keterbacaan Alkitab” silakan klik www.alkitab.or.id dan kontak Ibu Neila di WA 0813-1113-3636.*