Pdt. Weinata Sairin: Bersatu Mengusir Musuh Bersama

0
1248

“Commune periculum concordiam parat. Bahaya umum membuat orang-orang bersatu”.

 

Persatuan dan atau kebersatuan sebuah komunitas, besar atau kecil, pada level apapun bisa terjadi paling tidak di dasarkan pada dua hal :

 

Kesatu, adanya ‘musuh bersama’, adanya *common enemy*. Musuh bersama ini memang harus secara riil dihadapi, bukan musuh yang “fiktif”, musuh jadi-jadian yang sengaja dibentuk dengan melibatkan opini publik, demi kepentingan dan tujuan (politik) tertentu. Pada zaman bangsa kita mengalami penjajahan, maka bangsa kolonial yang menjadi penjajah kita itu menjadi musuh bersama. Kehadiran sang penjajah amat jelas, mereka membunuh rakyat tak berdosa, mereka menyengsarakan rakyat, mereka menambahkan penderitaan rakyat yang memang sudah lama di belenggu penderitaan. Tindakan penjajah yang mewujud dalam bentuk ‘exploitation de l’homme par l’homme’ amat nyata, dan bukan fiktif, artificial dan maya. Mereka para penjajah itu bisa dinobatkan sebagai musuh bersama sehingga rakyat bersatu mengusir sang penjajah tanpa memperhitungkan kekuatan kita sendiri, tanpa mempertimbangkan bahwa kita adalah bangsa yang majemuk.

 

Kedua, adanya visi, misi atau tujuan bersama. Sebuah komunitas atau organisasi yang memiliki visi, misi dan tujuan bersama akan menjadi medium bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam organisasi itu. Semua anggota organisasi merasa terikat kepada narasi-narasi tekstual sebagaimana yang ada dalam rumusan visi-misi sehingga mereka bisa bersatu sehingga pada waktunya nanti rumusan-rumusan itu mampu diartikulasikan dalam tindak nyata.

 

Kedua aspek itu yang biasanya memberi pengaruh yang kuat dan signifikan bagi upaya pemantapan kesatuan yang solid dan kuat dalam sebuah komunitas. Dalam perspektif perjuangan kemerdekaan kedua aspek itu sebenarnya berada dalam ruang yang sama. Aspek musuh bersama berada dan lekat pada sang penjajah, aspek visi misi dan tujuan bersama berada pada peristiwa kemerdekaan bangsa yang memang menjadi cita-cita seluruh warga bangsa.

 

Sebagaimana kita ketahui bersama, Bung Karno adalah tokoh yang sejak embrio negeri ini amat concern pada aspek persatuan dalam kehidupan bangsa kita. Ia berjuang mengemukakan pendapatnya tentang hal itu dalam berbagai cara, pada zamannya. Dalam pidatonya didepan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal 1 Juni 1945 yang amat terkenal itu ia menekankan pentingnya aspek *persatuan* dalam kehidupan bangsa.

 

Kutipan bagian penting pidato Bung Karno saat itu :

 

Menurut Renan syaratnya bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu.

 

Ernest Renan menyebut syarat bangsa: “le desir d’etre ensemble”, yaitu kehendak akan bersatu. Menurut definisi Ernest Renan maka yang menjadi bangsa yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu.

 

Kemarin kalau tidak salah Saudara Ki Bagoes Hadikoesoema atau Tuan Munandar mengatakan tentang “persatuan antara orang dan tempat”. Persatuan antara orang dan tempat Tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan tempatnya! Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada dibawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekadar melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan “gemeinschaft”nya, dan perasaan orangnya,  “l’ame et le desir”. Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia itu. Apakah tempat itu? Tempat itu, yaitu tanah air. Tanah Air itu adalah satu kesatuan.”

 

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menyatakan bahwa “bahaya umum membuat orang-orang bersatu”. Apakah yang dimaksud bahaya umum itu? Tentu bisa sedikit berbeda tafsir terhadap istilah itu. Dalam konteks Indonesia bisa kita mendaftarkan beberapa hal yang bisa mengarah ke bahaya umum : *korupsi , narkoba, sikap intoleran, hoax*

 

Keempat butir itu bisa kita sebut sebagai *bahaya umum* karena sudah mengancam kesatuan dan keutuhan bangsa.

 

Kita semua yang terhimpun dalam komunitas apapun, para profesional, akademisi, tokoh masyarakat, seniman, politisi, birokrat, advokat, ya siapapun kita dan dalam kapasitas apapun mari bersatu padu melawan bahaya umum. Sendi-sendi kebangsaan kita, generasi muda mengalami dampak yang cukup hebat dengan adanya empat hal tersebut diatas. Mari bersama memperkukuh dan menyatukan potensi demi NKRI yang lebih baik.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here