Oleh: Stefanus Widananta
Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus
1 Yohanes 2:6
Ku mau s’perti-Mu Yesus, disempurnakan selalu, dalam s’gnap jalanku, memuliakan nama-Mu, demikianlah lirik dari pujian yang sering kita nyanyikan.
Namun, pada kenyataannya, justru kita tidak semakin serupa dengan Kristus, padahal orang yang bergaul erat dengan seseorang, lama kelamaan sikap dan perilakunya mirip dengan orang tersebut.
Menjadi serupa dengan Kristus berarti seluruh gaya hidup, baik itu pikiran, perasaan, kemauan, yang diimplikasikan dalam ucapan, sikap dan tindakan kita, harus menunjukkan gaya hidup Tuhan Yesus.
Yang sering kita lakukan dan saksikan adalah, status kita memang sebagai anak Tuhan, namun sikap, ucapan dan tindakan kita seperti “anak si Iblis”.
Yesus sendiri berkata, “karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”.
Sebagai orang percaya, Paulus menegaskan, “karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”.
Seharusnya dari hari ke hari kita semakin diperbaharui, meneladani Kristus, kita terus diproses untuk semakin menyerupai-Nya.
Yang banyak terjadi adalah, kita memang “anak Tuhan” karena kita sudah percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, namun kita tidak bergaul erat dengan-Nya, salah satu bukti nyata adalah kita tidak pernah merenungkan firman-Nya yang seharusnya menjadi pedoman hidup kita sehari-hari, akibatnya kita bukan semakin mirip Kristus, tetapi kita lebih mirip dunia.
Tuhan Yesus memberkati.