Oleh: Pdt. Andreas Loanka
BGA dari Markus 9:14-29
Lebih bersandar kepada diri sendiri, dan tidak bersandar kepada Tuhan, merupakan permasalahan para murid. Mereka lebih bersandar kepada pengalaman mereka ketika berusaha menyembuhkan seorang anak yang bisu dan kerasukan roh jahat, bukan sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan dan memohon agar Ia yang berkarya.
Akibatnya, mereka gagal total! Anak itu tidak dapat disembuhkan, dan roh jahat tersebut tidak dapat diusir dari diri anak itu. Di dalam kegagalan, mereka dikerumuni orang banyak serta beberapa ahli Taurat mempersoalkan sesuatu dengan mereka (Mrk. 9:14). Permasalahan para murid adalah terlalu percaya diri, bukan percaya kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya (Mrk. 9:29).
Tidak percaya menjadi masalah bagi orang banyak. Itu sebabnya Tuhan Yesus menegur mereka, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Mrk. 9:19)
Kurang percaya menjadi permasalahan orang tua dari anak yang bisu itu. Ia memohon kepada Tuhan Yesus, tetapi ia berekata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami” (Mrk. 9:22b). Tuhan Yesus menjawab orang itu, “Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Mrk. 9:23).
Perkataan Tuhan Yesus tersebut menempelak hatinya dan juga meneguhkan imannya. Dengan iman dan rendah hati ia memohon, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini” (Mrk. 9:24). Dengan keteguhan hati ia menyatakan pengakuan iman percayanya kepada Tuhan Yesus, dan sekaligus dengan kerendahan hati mengakui bahwa ia masih kurang iman dan memohon Tuhan menolongnya. Tuhan Yesus berkenan kepadanya dan menyembuhkan anaknya serta semakin meneguhkan imannya (Mrk. 9:25-27).
Iman percaya sangat penting dalam kehidupan Kristen. Ada banyak bagian firman Tuhan yang menyatakan hal ini, antara lain: Iman adalah adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1); Kita diselamatkan karena kasih karunia Allah melalui iman (Ef. 2:8-9); Jika memiliki iman sebesar biji sesawi saja kita dapat memindahkan gunung dan tiada yang mustahil bagi kita (Mat. 17:20); Kita hidup karena iman, bukan karena melihat (2Kor. 5:7). Oleh karena itu, hendaklah kita tetap percaya kepada Tuhan dan senantiasa memohon Tuhan memperteguh iman percaya kita.
Salam dan doa dari
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Serpong