Oleh: Herry Oktavianus
*”Upah”* secara umum dipahami adalah tindakan membayar jasa atau pekerjaan kepada seseorang dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya. *”Upah”* menjadi daya tarik dan pemikat terhadap setiap orang untuk mau mengerjakan suatu pekerjaan yang ditawarkan.
*”Upah”* telah menjadi bagian utuh dalam kehidupan manusia secara universal dan bersinggungan dengan “materialisme” suatu gaya atau pandangan hidup yang menitikberatkan dan menilai segala hal dari sudut pandang “materi”, dan “materi” tidak pernah dapat memberikan jaminan kebahagiaan, kedamaian, dan keselamatan hidup. Seberapa banyak uang bahkan kekayaan dimiliki seseorang semua itu tiada pernah bisa memberi jaminan pasti atas diri dan hidupnya.
“Berapakah besarnya upah yang pernah dan diterima selama ini?”
“Apakah upah tersebut memenuhi dan menjamin hidup dan kehidupanmu kemarin, sekarang maupun akan datang di Bumi maupun diakhirat nanti?”
Ada upah yang setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun ditawarkan kepada setiap manusia, yaitu suatu *”upah yang tak terkira”* tiada dapat disamakan dengan upah bersifat materi yang dapat binasa, sebesar apapun jumlahnya. *”Upah yang tak terkira”* itu ditawarkan oleh Yesus Kristus Tuhan kepada siapapun yang mendengar “panggilannya/Injil Kristus”.
“Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; *jadi apakah yang akan kami peroleh?*”
*”Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”*
*”Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.”*(Matius 19:27-29).
Seorang murid Yesus Kristus bernama *Petrus* mempertanyakan *”apa yang akan kami peroleh? “* dari kerelaan mengikuti ajakan Yesus Kristus. Sifat keduniawian yang manusiawi nampak jelas terlukiskan dari pertanyaan Petrus “adanya tuntutan dan harapan” sebagai *”upah”* diberikan kepadanya.
Berdasarkan Iman Kristen yang bertumpu pada Firman Tuhan, secara tersirat jawaban Tuhan Yesus menyatakan bahwa tiada akan pernah sia-sia bagi setiap orang yang dengan tulus hati, suka rela mau menyerahkan diri dan hidupnya untuk mengikuti Kristus walaupun dengan berbagai konsekuensinya, karena *keterpanggilan, kerelaan, dan kesetiaan* mengiring Yesus Kristus akan memperoleh suatu *”Upah”* yang melebihi *Upah”* di dunia yang fana, yaitu *”memperoleh tempat dan hidup kekal dalam kerajaan Allah”* Dan dalam bentuk yang lain *” Upah”* juga diperoleh oleh setiap orang yang setia mengikut Yesus Kristus, antara lain, adalah: *”Penyertaan, perlindungan, pertolongan dan berbagai berkat yang Tuhan sediakan.”* disepanjang perjalanan hidup di dunia sebagaimana *”Janji”* Firman-Nya bahwa Tuhan senantiasa menyertai orang-orang yang hidupnya berkenan kepada Allah.
“dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. *Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”*(Matius 28:20b)
Tidak ada *”Upah”* yang sangat berharga dan memberi jaminan pasti selain *”Kasih Setia Tuhan”* menyertai dan melingkupi hidup dan kehidupan seseorang.
Mari terimalah *”Upah”* yang ditawarkan untuk hidup berserah bekerja bagi Tuhan, teguh dan setialah sampai akhirnya.