“In the middle of difficulty lies opportunity” (Albert Einstein)
Dalam menjalani kehidupan ditengah dunia kita sering menghadapi kesulitan dalam berbagai wujud dan bentuk. Dulu teks GBHN merumuskan ‘kesulitan’ dalam sebuah rumus yang standar dan baku : hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan (HTAG). Rumusan standar yang bernuansa militer itu, memang padat dan lebih mudah mengingatnya. Kesulitan itu muncul hampir di semua sektor kehidupan. Kesulitan didalam keluarga, di kantor tempat bekerja atau bisa juga ditengah tengah masyarakat. Setiap orang punya persepsi dan pendekatan yang berbeda-beda dalam berhadapan dengan kesulitan itu. Ada yang secara negatif memaknai kesulitan itu sebagai “nasib buruk” dan atau “cobaan, hukuman dari atas”. Dalam konteks itu kesulitan dilihat sebagai sesuatu awan hitam legam yang amat mengganggu konstruk kehidupan. Berbeda dengan pandangan itu, ada orang yang melihat kesulitan itu lebih “positif”. Kesulitan dimaknai sebagai suatu sarana untuk menguji kematangan seseorang, sebagai sebuah pembelajaran yang memungkinkan seseorang memantapkan kediriannya, sehingga makin “mature” dan lebih siap untuk menghadapi dunia.
Hidup memang bukan sekadar ada dan hadir, lalu mengalir. Hidup sejatinya adalah memberi kontribusi bagi banyak orang, bagi institusi, bagi masyarakat luas. Hidup orang yang beragama adalah hidup yang dipenuhi tanggungjawab. Hidup seperti itu seharusnya mengimplementasikan berapa aspek penting : Beriman, Rendah hati, Cerdas, Jujur, Bekerja keras, Berani, dan Sabar.
Ditengah kesulitan yang menghimpit kehidupan, selain doa yang kontinyu maka sikap yang “berani” juga amat diperlukan. Sikap berani, tegar, kukuh membuat seseorang optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan. Ada kisah menarik tentang *keberanian* dari zaman baheula. Di Champaran para buruh amat menderita akibat perlakuan tidak adil dan kejam yang dilakukan orang kulit putih penguasa perkebunan. Gandhi mencoba melakukan penyelidikan terhadap berita tentang buruh. Para buruh menyambut baik penyelidikan itu, kecuali orang-orang kulit putih penguasa perkebunan itu. Ada info kepada Gandhi : “Pemilik perkebunan ditempat itu adalah yang paling kejam diantara semua pemilik perkebunan yang pernah ada. Ia bertekad membunuhmu bahkan ia sudah menyewa pembunuh bayaran untuk melakukannya”. Pada suatu malam Gandhi pergi sendirian ke bungalow sang pemilik perkebunan yang kejam itu. Gandhi berkata : “Kudengar kau sudah menyewa seorang pembunuh bayaran untuk membunuhku. Oleh karena itu aku sekarang datang ke rumahmu seorang diri.” Mendengar pernyataan Gandhi itu sang pemilik perkebunan yang jahat itu amat kaget bahkan terus jatuh pingsan.
Ditengah dunia yang arogan, sangar, keras dan gaduh sikap humble, “rendah hati” perlu terus dikembangkan. Sikap humble bukan sikap mengalah, menyerah pasrah. Sikap humble adalah sikap yang melawan kecongkakan, sombong, angkuh, arogan baik karena kekayaan, keturunan, pangkat, jabatan maupun pendidikan.
Newton, ternyata seorang yang rendah hati. Tatkala ia tengah terbaring sekarat, seorang temannya berkata kepadanya : “Mungkin ini merupakan sumber kebanggaan dan kegembiraan mengetahui bahwa dirimu termasuk ahli dalam pengetahuan hukum-hukum alam”. Newton menjawab “Jauh dari rasa bangga. Aku merasa seperti seorang bocah yang baru saja menemukan sedikit kerang yang agak berwarna terang dan batu-batu koral, sementara samudera kebenaran yang luas terbentang belum terpahami dan belum terjelajahi oleh jemariku”.
Rendah hati, humble menjadi amat penting untuk dikedepankan dalam berinteraksi di zaman kini. Sikap rendah hati tidak pernah membuat keunggulan seseorang tereduksi dan atau kehilangan makna. Seseorang yang pandai, clever, multi talenta tidak pernah terkurangi hanya jika ia bersikap humble.
Rendah hati, keberanian perlu terus di wujudkan ditengah kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam menghadapi kesulitan hidup kita tak boleh menyerah kalah. Kesulitan adalah bagian integral dari sebuah kehidupan. Kematangan dan kemandirian dalam hidup bisa diperoleh melalui kesulitan yang kita hadapi dalam episode kehidupan.
Pepatah yang dikutip di bagian awal tulisan ini menyatakan bahwa ditengah sebuah kesulitan itu selalu ada peluang dan kesempatan. Kesulitan tidak boleh membuat kita pesimis, putus asa dan atau mencari jalan pintas yang kontra produktif bagi kehidupan. Sebagai umat beragama kita mohon kepada Tuhan agar kita mengalami kekuatan dan mendapatkan jalan keluar dalam menghadapi berbagai kesulitan. Jangan pernah menyerah kepada kesulitan. Tetaplah teguh menjalani kehidupan menuju terminal penghabisan.
Selamat berjuang. God bless.
*Weinata Sairin*.