Pdt. Weinata Sairin: “Memperjuangkan Kemenangan dengan Cara Elegan”

0
1554

 

“Victory attained by violence is tantamount to a defeat, for it is momentary” (Mahatma Gandhi)

 

Kosa kata “victory”, biasa disimbolkan dengan huruf *V*, kemenangan, sangat populer di zaman perang. Kepala pasukan yang memimpin peperangan acap memperagakan simbol *V* baik pada saat memulai penyerangan, maupun pada saat peperangan itu telah selesai dan mampu dimenangkan dengan gemilang. Namun dalam perkembangan kemudian, apalagi tatkala dunia semakin damai, dan perang sudah dianggap sebagai bagian masa lalu, dan ditinggalkan, maka penggunaan kosa kata “kemenangan” dan atau “pemenangan” mengalami pergeseran dan bahkan perluasan.

 

Orang bisa menggunakan kata ‘kemenangan’ dalam dunia olahraga, misalnya pada event Asian Games atau kegiatan olahraga yang melibatkan dunia internasional; pada berbagai jenis lomba di berbagai level misalnya lomba matematika, lomba pembuatan robot, lomba pidato, dan sebagainya. Istilah “kemenangan” memasuki juga ranah politik. Partai politik dan organisasi sayapnya acap membuat seminar atau FGD dengan mengusung tema “Strategi Pemenangan Pemilu”, “Kiat Memenangkan Pilkada Jurdil dan Damai”. Parpol juga dalam struktur organisasinya membentuk “Divisi Pemenangan Pemilu” atau “Departemen Pemenangan Pemilu”.

 

Kata yang berkaitan dengan ‘kemenangan’ pasti digunakan dalam dunia hukum dan peradilan. “Sidang pra-peradilan itu di menangkan oleh Paulus Nivanty.” Itu berita yang kita baca disurat kabar. Kata ‘kemenangan’ memiliki nuansa teologis tatkala saudara-saudara Muslim menyatakan bahwa Hari Raya Idul Fitri adalah “Hari raya kemenangan”, yaitu kemenangan perjuangan eksistensial umat pada saat menjalankan ibadah puasa.

 

Memang sejatinya pada saat puasa Ramadhan kawan-kawan Muslim benar-benar berjuang berat melawan godaan, hawa nafsu, melakukan pengendalian diri, merasakan bagaimana derita orang yang lapar. Dan itu semua bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Tatkala mereka mampu mengatasi ke semua itu dan mereka tetap eksis maka itulah hari kemenangan, itulah victory!

 

Pada zaman baheula, sekitar tahun 70an tatkala berbagai bentuk perjudian amat marak di negeri ini maka istilah “kemenangan” sangat populer. Banyak orang yang berjudi bahkan hingga ke Macao. Orang-orang dari kelompok masyarakat kecil tergiur dengan lotre, togel, kartu domino, sabung ayam, dsb; malah mereka banyak yang bertambah miskin karena sangat percaya bahwa mereka akan menang dan mengubah nasib mereka lewat dunia judi.

 

Istilah ‘kemenangan’ kemudian menjadi amat populer utamanya di bidang olahraga dan dibidang politik. Mencapai kemenangan dibidang olahraga adalah hal yang tidak mudah. Ada banyak faktor yang ikut mempengaruhi kemenangan itu, antara lain kesiapan atlet, cuaca dan kesehatan, sportifitas. Penghargaan bagi para atlet kita yang memenangkan pertandingan di berbagai cabang olahraga, khususnya pertandingan internasional, cukup memadai, demikian juga dengan fasilitas yang diberikan pemerintah bagi para atlet dalam menunjang kehidupannya.

 

Memang tidak terlalu mudah untuk mencapai kemenangan dalam bidang apapun. Selain memang seseorang pandai di bidang itu dan menguasai bidang itu, maka seorang yang ingin menang harus taat pada aturan yang ada, berkomitmen kuat, memiliki semangat, siap berkurban dan memohon kemampuan dari Tuhan Yang Maha Esa.

 

Dorongan semangat, membakar motivasi amat diperlukan bagi orang-orang yang berjuang untuk mencapai kemenangan. Hal seperti itu penting karena cukup banyak kompetitor yang juga punya obsesi untuk menang.

 

Dalam hal pentingnya dorongan dan semangat dalam melakukan perjuangan untuk menang kisah Lord Erskine cukup menarik untuk dibaca ulang. Erskine seorang ahli hukum terkenal harus berjuang untuk nenghidupi istri serta anak-anaknya. Suatu hari ia diminta menangani sebuah kasus besar dengan membela orang terkenal. Ia berbicara dengan fasih dan tegas sehingga seorang teman yang duduk disebelahnya bertanya : “Bagaimana kau bisa berbicara dengan jelas dan brilian di depan khalayak seperti ini?” “Saat aku berdiri untuk bicara aku merasa bahwa anak-anakku menarik-narik jubahku sambil berkata ‘Ayah bicaralah dengan baik. Ayah sedang mencari roti untuk kami’ kata Erskine.

 

Untuk mencapai kemenangan, dorongan semangat dari orang-orang terkasih amat diperlukan. Memberi dorongan dan semangat jauh lebih bertanggungjawab ketimbang memberi jalan untuk melawan hukum dan atau “memberi mahar”. Dalam rangka mencapai kemenangan dibidang politik, jalan yang ditempuh lebih rumit, mencemasdebarkan dan mahal. Hal itu terjadi karena sejak di awal proses, pemenangan dibidang politik membutuhkan dana yang amat besar.

 

Sebagai umat beragama kita sudah dibekali oleh nilai dan ajaran agama kita masing-masing bahwa dalam memperjuangkan kemenangan itu kita harus taat hukum dan taat pada agama. Praktik suap, pencurangan dan praktik negatif lainnya menodai agama dan tidak mendapat tempat dalam budaya bangsa dari bangsa yang beragama. Ungkapan Gandhi yang dikutip diawal bagian ini amat penting untuk menyadarkan kita bahwa mencapai kemenangan itu mesti dilakukan dengan cara-cara yang elegan dan sejalan dengan ketentuan perundangan.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here