Pdt. Weinata Sairin: ‘Doa: Kekuatan Prima Manusia Sepanjang Masa”

0
1464

“You pray in your distress and in your need; would that you might also pray in the fullness of your joy and in your days of abundance” (Kahlil Gibran)

 

Salah satu bentuk relasi antara manusia dengan Khalik Penciptanya, sosok fana dengan Yang Abadi, Kuasa Yang Diatas adalah dengan berdoa, “to pray”. Doa dalam berbagai bentuk, wujud dan ekspresi dikenal dalam kehidupan agama-agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan dapat dinyatakan secara definitif bahwa ” doa” adalah “terminus tehnikus” dalam kehidupan umat beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ruang lingkup non-agama, mereka yang dengan “sadar” menolak adanya Tuhan, apapun ideologi mereka, istilah dan praktik doa tidak dikenal. Bahkan bisa terjadi aktivitas berdoa bagi orang non agama dilihat sebagai keganjilan dalam kehidupan.

 

Istilah “doa” di zaman baheula, katakanlah pada tahun-tahun 50 an, masih disebut dengan istilah “sembahyang”. Orang tua selalu berkata di zaman itu “jika mau makan sembahyang dulu”. Maksudnya sebelum makan jangan lupa berdoa. “Mau kemana cepat-cepat sekali jalannya” tanya seorang kawan di zaman baheula. Kawan itu menjawab “mau sembahyang Jumat di Masjid Attin”. Kemudian ada wacana yang menyebutkan secara etimologis bahwa “kata sembahyang” itu berangkat dari kata “sembah Hyang” ; yang dianggap sedikit bernuansa non teologis. Itulah sebabnya istilah *doa* yang kemudian lebih dikedepankan. Dengan begitu maka kata yang sering digunakan sekarang adalah misalnya “Doa Pembukaan”, “sholat Jumat,” “sholat Tarawih,” “sholat jenazah”, “sholat

gerhana” dsb.

 

Doa, relasi dengan Tuhan terjadi dalam realitas kehidupan umat beragama. Doa, menurut Alexis Carrel, adalah suatu bentuk energi yang paling kuat yang bisa dihasilkan. Pengaruh doa pada pikiran dan tubuh manusia dapat dibuktikan seperti juga pada rahasia kelenjar-kelenjar. Hasilnya dapat diukur dalam bentuk-bentuk peningkatan fisik, daya apung, kegiatan intelektual yang lebih besar stamina moral serta pemahaman yang lebih mendalam yang mendasari kenyataan hubungan manusia. Doa yang sungguh-sungguh adalah suatu jalan hidup. Sesungguhnya kehidupan yang paling sejati adalah dengan berdoa. Demikian tulis Alexis Carrel.

 

Sidney Walker juara tinju kelas berat ringan yang terkenal, dulunya adalah anak tukang semir sepatu yang buta huruf. WC Heinz pernah bertanya pada Walker di ruang gantinya. “Aku tahu bahwa kau berdoa setiap kali kau akan bertanding.” “Benar!” katanya. “Aku berdoa agar tidak ada seorangpun yang terluka. Selanjutnya aku berdoa agar aku bisa bertinju dengan baik”.

 

Doa, sebagai wujud relasi manusia fana dengan Sang Transenden memang terjadi secara real operasional diberbagai sektor kehidupan. Manusia yang  sibuk dan aktif diberbagai bidang kehidupan tetap bisa berdoa sesuai dengan ‘kebutuhan’nya masing-masing. Doa bisa memohon hal mikro atau makro sesuai dengan urgensi yang dihadapi oleh manusia.

 

Pierre Curie suami Marie Curie membungkukkan badannya diatas mikroskop di laboratorium. Tiba-tiba seorang siswa masuk; karena ia tak melihat mikroskop itu ia mengira ilmuwan itu sedang “berdoa” sehingga ia berjingkat-jingkat keluar dari ruangan. Curie membalikkan badan dan memanggilnya untuk kembali. “Kukira bapak sedang berdoa!” siswa itu memberi argumen mengapa ia meninggalkan ruangan. “Memang nak !” kata Curie dengan kesederhanaannya dan berbalik ke arah mikroskopnya. Ia menambahkan: “Semua ilmu pengetahuan, penelitian dan pelajaran adalah suatu doa agar Tuhan mengungkapkan rahasia abadiNya kepada kita. Tuhan hanya akan mengungkapkannya bila manusia mencarinya dengan hormat. Tuhan tidak mengungkapkan semuanya di masa lampau. Ia akan terus menerus mengungkapkan diriNya, tanaman-tanamanNya dan kebenaran-kebenaranNya bagi orang-orang yang mencarinya”.

 

Doa, adalah terminologi spesifik agama-agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Doa adalah istilah yang amat jelas dan definitif menunjuk kepada Kuasa Transenden; dan bukan kepada “kuasa” yang lain. Setiap agama memiliki teks dan narasi doa masing-masing yang sudah diketahui oleh umat. Umat Khonghucu, misalnya telah diperintahkan untuk melakukan doa dan persembahyangan kepada Huangtian, Nabi, para leluhur dengan berlandaskan kesusilaan. Bagi umat Khonghucu berdoa adalah ungkapan pernyataan syukur atas keselamatan dan lindungan yang telah diperoleh. Doa harus dipanjatkan dengan jiwa dan batin yang tulus.

 

Hidup itu hanya sekali. Tak ada pengulangan. Ibarat sebuah lagu maka Hidup dan Kehidupan itu tanpa reffrain. Mari bersyukur kepada Allah atas kehidupan bernas yang Ia anugerahkan. Berjalanlah terus dengan sambil tetap berdoa kepada Tuhan agar kita mampu berjalan pada jalanNya, hingga kita tiba di terminal penghabisan.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here