Pdt. Weinata Sairin: “Kebajikan Menguatkan Pergumulan

0
1635

“Gaudet tentamine virtus. Dalam cobaan kebajikan itu membuat orang tetap gembira.”

 

Hidup yang kita hidupi tidak selalu berjalan dengan mulus, aman dan tenteram. Ada sekian banyak pergumulan yang kita hadapi dalam kehidupan ini : ditengah keluarga bahkan keluarga besar dengan cakupan yang bisa amat luas; pergumulan dalam pekerjaan di kantor, pergumulan dalam organisasi dan atau komunitas kita masing-masing. Pergumulan (struggle) seperti itu dianggap lumrah, biasa, atau “jamak” dalam sebuah kehidupan. Bahkan ada orang yang menganggap bahwa pergumulan itu adalah “bunga-bunga” dalam kehidupan yang membuat sebuah kehidupan menjadi lebih lengkap dan sempurna. Masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan solusi yang ditemukan menjadi semacam “pembelajaran” bagi banyak orang sehingga di masa depan jika seseorang menghadapi hal yang sama, ia sudah lebih cerdas meresponsnya.

 

Istilah ‘pencobaan’ (temptation) adalah sebuah istilah yang cukup dikenal khususnya di lingkup agama Kristen dan Katolik. Dalam “Doa Bapa Kami”, yaitu contoh Doa yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNya ada ungkapan “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat”. Doa ini adalah doa populer yang sudah dikenal dan dihafal oleh seluruh umat Kristen dan Katolik di dunia, dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah.

 

Dalam narasi doa “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” tidak terlihat kesan seolah Tuhan yang “secara aktif” menyediakan ruang-ruang pencobaan itu, sehingga muncul wacana di mancanegara agar narasi itu di modifikasi. Dari segi penerjemahan menurut ahli linguistik terjemahan teks itu sudah cukup memadai sehingga tidak diperlukan lagi penerjemahan baru  dan atau modifikasi atas teks itu.

 

Pencobaan, tantangan, pergumulan, ujian, atau apapun namanya akan selalu hadir menjadi bagian dari kehidupan. Pencobaan yang dihadapi seseorang bisa saja dalam bentuk *fitnah*, *desas-desus*, *pembunuhan karakter* yang bisa membuat seseorang kehilangan pamornya, rusak nama baiknya. Konon di era digital sekarang tindakan seperti itu tidak terlalu sulit, yang penting tersedia dana yang cukup untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi pencobaan selain mohon hikmat dari Tuhan, adalah menabur kebaikan, menginvestasi kebajikan.

 

Kebaikan itu banyak sekali bentuknya. Memang ada orang yang punya persepsi berbeda ketika kita melakukan kebaikan, dan itu acapkali dikaitkan dengan jabatan atau kedudukan kita dalam masyarakat. Adalah seorang penyair Inggris bernama George Herbert, ia sedang dalam perjalanan ke konser musik. Ditengah jalan ia melihat seorang pedagang keliling yang miskin yang kudanya jatuh tertindih muatannya yang berat. Sang Penyair berhenti dan menolong pedagang malang itu. Ia menolong agar kuda itu berdiri dan lalu barang muatan diletakkan di punggung kuda itu. Ia juga nemberikan uang agar pedagang itu bisa membeli makanan. Tatkala ia tiba di gedung konser teman-temannya kaget melihat pakaian sang penyair yang kotor. Ketika ia cerita tentang apa yang ia lakukan ada temannya yang mengeritik bahwa apa yang ia lakukan itu pekerjaan rendahan. Tidak sepantasnya sang penyair lakukan hal itu. Tapi Herbert menjawab ; ” Apa yang sudah kulakukan akan menjadi musik untukku bahkan di tengah malam sekalipun. Disamping itu bila aku tidak melakukannya maka kata hatiku akan memperdengarkan suara sumbang terus-menerus.”

 

Agama-agama telah menyatakan dengan jelas bahwa dalam menapaki kehidupan kita akan menghadapi berbagai kondisi. Ada awan duka  hitam legam yang menggantung di langit kehidupan; ada tawa ria yang hadir mewarnai ruang-ruang kehidupan. Bagi orang beragama kesemuanya itu acap dimaknai sebagai “ujian iman” dan hanya mereka yang bersandar kepada kuasa Tuhan, yang bisa kuat bertahan. Bersandar kepada Tuhan artinya memohon kekuatan, perlindungan dan hikmat dari Tuhan melalui doa, ibadah, pembacaan Kitab Suci sesuai dengan ajaran masing-masing agama.

 

Pada tahun ini dan tahun depan agenda bangsa ini akan lebih terfokus pada hal-hal politik, sehubungan dengan kegiatan Pilkada serentak bulan Juni 2018 dan kegiatan Pilpres tahun 2019. Bersadarkan pengalaman masa lalu masa-masa seperti ini menghadirkan banyak berita hoax, fitnah, desas-desus, ujaran kebencian, isu sara, pembunuhan karakter dan sebagainya yang diarahkan kepada para calon oleh lawan politik.

 

Menarik sekali pepatah yang dikutip di awal tulisan ini yang menyatakan bahwa tatkala datang cobaan, maka kebajikan itu membuat orang tetap gembira. Kebajikan, perbuatan baik itu mesti terus diwujudkan sehingga apabila datang cobaan maka seseorang tidak terbelenggu oleh cobaan itu, ia tetap fokus dengan tindakan kebajikan yang membuat orang tetap gembira. Kebajikan dan kegembiraan itulah yang akan membantu kita mengcounter cobaan dan  pergumulan yang kita hadapi.

 

Mari berjalan terus menapaki tahun 2018, tahun yang sudah disediakan oleh Tuhan.

 

Mari menabur kebaikan, menebar kebajikan diruang-ruang kehidupan.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here