“Longa est vita si plena est. Hidup itu akan terasa panjang apabila penuh dengan perbuatan yang bermakna.”
Hidup itu mesti dinikmati dengan baik apapun kondisi yang kita temui dalam sebuah perjalanan hidup. Jangan membiasakan mengeluh apabila kita berhadapan dengan hambatan, tsntangan, ancaman dan gangguan (htag) dalam hidup. HTAG yang mewujud dalam banyak bentuk : penyakit, musibah, nasib buruk, kemalangan, atau apapun selalu memberikan “edukasi”, pembelajaran bagi kita. Orang bijak berkata selalu ada lesson learnt dari setiap episode kehidupan yang kita anggap kurang cemerlang. Selalu ada “blessing in disguise” dari setiap kesulitan yang kita hadapi dalam hidup. Berbagai derita yang mendera, HTAG yang megguncang bahkan merongrong kehidupan kita, kesemuanya makin membuat kepribadian kita mandiri, tabah dan kukuh. Kita menjadi orang yang optimis, tahan banting, tidak cengeng, tidak mudah menyerah. Ditengah kehidupan yang keras, banyak kompetitor, penuh godaan, dibutuhkan kepribadian yang kukuh tangguh, teguh prinsip, spiritualitas tinggi.
Berapa lama seseorang dianugerahkan usia untuk mengukir karya terbaik dalam kehidupan, tidak seorangpun yang tahu. Ada yang dianugerahkan usia panjang, ada yang pendek bahkan amat pendek. Paul Coelho menyatakan bahwa “umur adalah harga yang sangat tinggi untuk membayar kematangan”. Jadi pematangan kepribadian seseorang itu memang berjalan seiring dengan pertambahan usia. Walau harus diakui bahwa kematangan kepribadian itu akan banyak tergantung pada faktor pendidikan, dan lingkungan.
Ada banyak yang bisa dan mesti dilakukan seseorang sepanjang hari-hari kehidupannya ditengah dunia. Ya berbuat kebajikan, melakukan amal saleh, membagi berkat, menjadi sponsor dan dermawan bagi orang-orang yang membutuhkan, melaksanakan “diakonia” memberi persembahan bagi komunitas keagamaan, dan bentuk-bentuk lainnya.
Ada kisah tentang sikap kedermawanan yang bisa memberi inspirasi bagi kita. Dr Will Mayo dari Klinik Mayo pernah membuat rencana keuangan dengan pasiennya. Dulu pernah ada seorang laki laki yang baru lulus sekolah menderita sakit parah. Ia ternyata harus menjalani operasi tetapi tak punya uang. Hal itu ia katakan kepada Dr Mayo. “Apa kau pikir kau akan mampu membayarnya sesudah kau sembuh ?” Anak itu merasa yakin. “Baiklah jika begitu kau bisa mengirimkan 10 dolar setiap bulan sampai kau bisa melunasi hutangmu yang 100 dollar itu. Setelah anak itu keluar dari RS ia menepati janjinya untuk mengirimkan 10 dolar setiap bulan. Tatkala pembayaran 10 dolar berakhir Dr Mayo berkirim surat kepada anak itu dan menyatakan “Kau telah membuktikan kepada dirimu sendiri dan diriku bahwa engkau mampu melakukannya. Masukkan ini ke bank dan kembangkanlah”. Selembar cek 100 dolar ditambah dengan bunganya dilampirkan dalam surat itu.
Sikap memberi yang diteladankan Dr Mayo itu patut diapresiasi karena memiliki banyak angle untuk dilihat. Pada kasus itu ada soal komitmen kuat sang anak, soal pembelajaran dr Mayo, kemantapan dalam menghadapi penderitaan. Banyak hal baru dan positif yang bisa dikembangkan seseorang dalam konteks membantu orang lain seperti yang dilakukan Dr Mayo.
Agama-agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah mengamanatkan agar manusia mengukir karya terbaik dalam mengisi hari-hari kehidupannya. Manusia tidak boleh terpukau dan atau terjebak pada hal-hal negatif yang melawan hukum atau bertentangan dengan nilai luhur agama yang muaranya bisa pidana dan atau penjara. Manusia harus berjuang memperkuat power spirituaitasnya hingga ia mampu melawan dan godaan, termasuk mengalahkan roh sekularisme yang menggerogoti kediriannya dari hari ke sehari. Hari-hari kehidupan kita terasa lebih panjang jika kita melakukan hal bermakna. Mari wujudkan itu tanpa jemu.
Selamat berjuang. God bless.
*Weinata Sairin*.