Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Matius 4:18-23
(18) Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. (19) Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (20) Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. (21) Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka (22) dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia. (23) Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.
Bagaimana kita akan menjalani tahun baru ini? Pertama, jalanilah dalam prinsip kesetiaan. Maksudnya, agar kita setia mengikuti Tuhan yang telah memanggil kita dan yang telah menaruh tanda keterpanggilan itu dalam hati kita, yaitu iman.
Ketika memanggil mereka menjadi murid-Nya, Yesus berkata kepada Petrus dan Andreas, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Bagaimana respons mereka terhadap panggilan itu? Dikatakan dalam Injil, “Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikut Dia” (Matius 4:19-20.
Mari kita merenungkan hidup kita berdasarkan panggilan Yesus terhadap murid-murid-Nya itu. Apakah untuk mengikuti-Nya kita juga harus meninggalkan pekerjaan dan “jala-jala” kita? Banyak orang yang berpendapan begitu. Tetapi benarkah demikian? Kalau seperti itu pemaknaan-Nya maka akan banyak orang di dunia ini akan kehilangan pekerjaan. Padahal, ketika murid-murid itu kembali ke profesinya (sebagai nelayan), Yesus tidak marah. Ia malah bersedia menolong mereka (baca: Yohanes 21:6). Artinya, mengikuti Yesus bukan berarti kita mengabaikan bidang pekerjaan kita. Justru ‘kemuridan’ kita diuji melalui pekerjaan yang kita geluti.
Hanya saja perlu diingat, banyak orang karena terlalu fokus pada profesinya lalu lupa akan Tuhan. Yang diharapkan dari kita adalah tetap menghayati pekerjaan kita sehari-hari sebagai bagian dari panggilan Tuhan. Kita bekerja sebagai wujud ibadah, pelayanan dan kesaksian kita. Kita dapat menemukan dan mengikuti Tuhan melalui profesi atau apa pun yang kita kerjakan.
Dalam mengikuti Tuhan, kita harus belajar mengenal Dia. Jangan sampai, sebagai orang Kristen, kita hanya mengetahui banyak tentang Tuhan, tetapi kita tidak mengenal-Nya. Apa perbedaan mengetahui dan mengenal Tuhan? Mengetahui artinya memiliki banyak informasi tentang siapa itu Tuhan. Kita mempunyai pengetahuan yang sistematis tentang Dia sehingga kita dapat menjelaskannya kepada orang lain. Ambil contoh, kita mungkin tahu siapa presiden kita, tapi belum tentu kita kenal dia. Kita mengetahuinya dari teman, melalui tayangan di TV atau lewat buku yang kita baca. Berdasarkan informasi itu kita dapat menceritakan kembali sosok presiden kita, meskipun kita belum pernah bertemu dengannya. Ini tandanya kita baru mengetahui, belum mengenal presiden kita.
Mengenal artinya memahami perasaan dan isi hati dari orang kita yang kenal sehingga kita tergerak untuk bertindak mewujudkan kerinduan orang tersebut. Kita dapat mengatakan bahwa kita mengenal presiden kalau kita mempunyai hubungan dekat dengannya. Kita dapat menangkap getaran perasaannya, lalu kita segera bertindak mewujudkan rencana-tencananya.
Kalau iman kita masih sebatas “pikiran” dan “kata-kata” maka kita baru mengetahui Tuhan. Tapi kalau kita sudah terpanggil untuk bertindak mewujudkan panggilan-Nya maka kita adalah murid-murid yang mengenal Gembalanya. Murid-murid yang selalu tanggap dengan apa yang diinginkan oleh sang Gembala.
Mengikuti Tuhan adalah melangkah bersama-Nya. Makin kita berjalan bersama-Nya makin terasa getaran maksud-Nya. Tanpa disuruh-suruh lagi kita segera melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Kita bertindak karena kita rindu melakukannya. Inilah kerinduan yang muncul dari kehangatan hubungan dengan sang Guru. Kehangatan yang tercipta karena kita mengenal-Nya, bukan sekedar mengetahui siapa Dia.
Mengikuti Yesus adalah mengikatkan diri pada Yesus. Artinya kita harus mampu menyangkal diri dan siap mengikuti teladan-Nya. Lukas 9:23, “Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
Selanjutnya, mengikut Yesus adalah tanpa syarat. Perhatikan dengan baik tuturan Lukas 9:57-62 berikut ini. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Akhirnya, mengikut Yesus berarti kita memancarkan terang bagi kehidupan di sekitar kita. Kata Yesus dalam Matius 5:16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”