Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Matius 4:1-11
(1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” (4) Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” (7) Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
4:9 dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Tak terasa kita sudah berada di hari ke-363 tahun 2017 ini. Dua hari lagi kita akan mengakhirinya. Tetaplah bersandar kepada Tuhan dan mengandalkan pertolongan-Nya. Hayati dan pegang terus firman-Nya (Alkitab) sebagai jaminan keselamatan kita.
Dalam sejarah kekristenan ada dua aliran yang memperlihatkan sikap ekstrem terhadap Alkitab.
Sikap ekstrem yang pertama, menganggap Alkitab itu tidak penting. Alkitab hanyalah tulisan dan kesaksian manusia semata. Isinya sudah kuno, ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi bagi manusia modern. Kalaupun dikutip, itu hanya untuk mendukung pandangan mereka. Jadi Alkitab hanya sebagai pendukung dan bukan penentu dalam kehidupan mereka.
Orang Kristen yang berpandangan seperti ini bagaikan prajurit yang maju berperang tanpa pedang (ingat: dalam Efesus 6:17, Firman Allah adalah pedang Roh). Akibatnya? Mereka kalah melulu, gampang menyerah dan mudah terbawa arus oleh roh-roh zaman. Mereka tidak punya senjata untuk melawan.
Sikap ekstrem yang kedua, ‘mendewakan’Alkitab. Mereka menghormati Alkitab secara berlebihan, sampai-sampai mereka melihat semua huruf dan titik koma dalam Alkitab adalah suci dan sempurna. Buku Alkitab diperlakukan sebagai Tuhan sendiri. Pada hal satu-satunya yang sempurna dan suci hanyalah Tuhan. Alkitab ada bukan untuk di’pertuhan’ melainkan untuk mengantar kita kepada pengenalan akan Tuhan.
Sikap ekstrem yang pertama tentu saja salah besar. Mereka menjadikan Alkitab sebagai buku biasa (seperti buku-buku yang lain). Sikap ekstrem yang kedua, bukan cuma salah tapi dosa besar. Mereka memper’tuhan’kan Alkitab. Ini adalah dosa ‘idolatri’, yang bukan Tuhan dijadikan Tuhan.
Karena itu perlu ditegaskan di sini bahwa Alkitab itu amat penting bagi orang Kristen. Kita tidak bisa hidup tanpa Firman Allah dalam Alkitab. Jadi Alkitab harus dijunjung tinggi, tapi bukan untuk didewakan (disembah). Yang patut disembah hanyalah Tuhan.
Sekarang, bagaimana kita harus memperlakukan Alkitab dalam kehidupan kita? Kita harus menyambut Alkitab sebagai firman Allah. Firman Allah ini adalah senjata keselamatan kita.
Benar, Alkitab adalah senjata keselamatan kita! Karena itu kita harus membacanya setiap hari. Simak dan pahami isinya baik-baik. Namun demikian, kita harus waspada, sebab tidak semua orang yang berbicara atas Firman Allah, apalagi dengan asal kutip, dengan sendirinya sudah bersikap benar terhadap Alkitab.
Terkadang kita mendengar orang berbicara dengan mengutip ayat-ayat Alkitab di sana-sini. Jangan langsung percaya. Cek dulu, ia mengutipnya dengan benar atau tidak. Banyak orang mengutip ayat-ayat, tapi sebenarnya ngawur. Hanya asal sebut tapi tidak tepat. Ini namanya ‘pembohongan publik’. Hati-hati. Sesudah itu, cek lagi apakah dia mengutipnya untuk tujuan yang benar atau tidak. Apakah dia mengutipnya untuk mendukung pendapat pribadinya atau untuk membenarkan tindakannya saja? Coba lihat, contohnya, banyak politikus Kristen mencari dukungan suara dengan mengutip ayat-ayat tertentu. Mereka memperalat firman untuk mencapai tujuan pribadinya. Ini adalah tindakan nabi-nabi palsu!
Lebih buruk lagi, banyak orang memperkosa firman bahkan memutarbalikkan firman. Ya, seperti yang dilakukan oleh ular dalam bacaan kita hari ini. Kata ular kepada Hawa: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Kalau kita cermati, Ular bukan cuma tahu firman Tuhan tapi juga telah memutarbalikkannya. Kita harus tahu cara iblis ini. Dia, sekalipun tahu firman, sebenarnya tidak hidup berdasarkan firman itu. Ia akan mengecoh kita dengan berlagak seolah-olah ia berdiri atas firman, pada hal tidak bahkan telah mengurangi atau menambahinya sendiri.
Dalam melaksanakan rencananya Iblis memang senang menutip Alkitab. Hal ini dapat kita lihat lagi ketika Iblis mencobai Yesus di padang gurun (Matius 4:1-11). Di situ Iblis mengutip Mazmur 91:11-12. Hebat kan? Iblis hafal ayat Alkitab! Kita belum tentu hafal.
Kalau Hawa termakan (terperdaya) dengan kata-kata Ular, Yesus justru balik melawannya dengan Firman Allah juga. Alhasil, Yesus menang dan ular (Iblis mundur).
Perhatikanlah, iblis pun tahu Alkitab. Kalau kita sebagai orang Kristen tidak tahu isi Alkitab, bagaimana kita dapat mengalahkan godaan-godaan iblis? Kita harus bergaul dengan firman Tuhan. Firman adalah senjata kita untuk melawannya.
Jadi bacalah Alkitab dengan teratur dan pahaminya isinya dengan baik. Firman Allah adalah senjata keselamatan kita.