Natal: Saling Menerima

0
1539

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

 

Yohanes 3:16-17

(16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (17) Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

 

Ketika terjadi bencana alam, suatu desa hancur berantakan. Banyak rumah roboh. Gedung Sekolah Dasar menjadi rata dengan tanah. Penampungan air milik desa pecah berantakan. Dalam keadaan seperti itu, tentu saja orang-orang dari desa itu membutuhkan uluran tangan. Dan memang, bantuan segera berdatangan dari mana-mana. Puluhan mobil datang membawa bantuan makanan. Berkarung-karung beras diangkut dengan truk. Beberapa hari kemudian, ratusan sak semen dikirim ke sana. Ada banyak bantuan. Semua bahan yang perlu untuk membangun kembali desa itu tersedia. Tinggal saja orang-orang di desa itu memanfaatkannya.

Semua bantuan itu bisa diperoleh karena banyak orang yang tergerak hatinya untuk membantu. Orang-orang sukses yang berasal dari desa itu dan tinggal di kota, juga memberikan sumbangannya. Mereka membentuk kelompok peduli korban bencana.

Sekali waktu, salah seorang dari kelompok peduli korban bencana itu pulang untuk melihat keadaan dan perkembangan desanya. Selain mau berlibur, dia juga mau tahu penggunaan dana bantuan yang telah mereka kirimkan. Dia berpikir, pasti desanya sudah kembali baik. Penampungan air sudah berfungsi lagi. Gedung Sekolah Dasar sudah berdiri dan rumah-rumah penduduk yang rusak sudah diperbaiki.

Tetapi apa yang disaksikannya tidak seperti yang dibayangkannya. Ratusan sak semen terkumpul di bawah kolong rumah dan sudah keras manjadi batu karena tidak dimanfaatkan. Bak air belum diperbaiki. Anak-anak sekolah masih menggunakan gedung darurat. Desa itu masih dalam keadaan porak-poranda. Padahal bencana sudah hampir setahun yang lalu.

Itu semua terjadi karena orang-orang desa itu tidak mau memanfaatkan bantuan yang diberikan. Mereka masih tetap menderita karena mereka mempunyai sikap “tidak tahu menerima”. Karenanya, mereka tidak memanfaatkan bantuan yang sudah tersedia. Mereka berpikir bahwa oranglain yang harus membangun hidup mereka.

Sikap “tidak tahu menerima” adalah cerminan dari sikap yang tidak tahu berterima kasih. Tak ada kepekaan di hatinya untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bantuan yang telah diterima.

Yesus telah datang ke dunia. Peristiwa ini adalah ‘pemberian’ Allah  yang sangat berharga untuk memulihkan manusia dari kehiduannya dalam dosa. Dikatakan dalam Yohanes 3:16-17, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

Namun, manusia “tidak tahu menerima”. ‘Pemberian’ Allah ini tidak dihargai. Lihatlah, ketika Yusuf dan Maria meminta tempat penginapan untuk melahirkan Yesus, mereka ditolak. Akhirnya Yesus lahir di kandang domba. Lihatlah, ketika Yesus sudah lahir, ia ditolak oleh Herodes. Bahkan Herodes berencana untuk membunuhnya. Untunglah Yusuf dan Maria dapat membawa lari Bayi Yesus ke Mesir. Lihatlah, ketika Yesus mulai melaksanakan pekerjaan-Nya, ia ditolak oleh penduduk Nasareth, tempat di mana Dia dibesarkan. Yesus terus mendapat perlawanan dari orang-orang yang tidak menyukai kebenaran sejati, sampai akhirnya Ia mati di kayu salib.

Manusia memang “tidak tahu menerima” pemberian Allah. Sikap ini tidak boleh dipelihara sebab akan membahayakan kehidupan kita dalam banyak segi. Mari kita belajar dari para gembala di padang Efrata, yang menghargai pemberian Allah. Mereka menyambut kedatangan Yesus dan pergi menyembahnya di Betelehem. Apa yang terjadi setelah itu? Mereka berbahagia.

Allah sudah menulurkan tangan-Nya untuk menolong kita. Mari membuka diri, apa yang diberikan-Nya itu mengandung nilai bahagia yang tiada taranya. Selamat Hari Natal!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here