Kitalah “Pohon Terang” yang Sesungguhnya

0
2323

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Lukas 2:40

Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

 

Pohon Terang (pohan Natal) yang sesungguhnya adalah diri dan hidup kita. Segala hiasannya adalah perilaku dan sifat kita, termasuk segala pengalaman hidup yang kita jalani selama ini. Di beberapa negara ada kebiasaan menggantungkan foto-foto dan benda-benda tertentu di Pohon Natal Keluarga. Foto itu bisa foto keluarga atau anggota keluarga yang telah tiada. Benda-benda itu bisa benda kesayagan kita atau pemberian seseorang yang kita hormati atau kasihi. Semua hal berkesan dipajang untuk mengingatkan kita betapa banyak hal yang telah terjadi dalam hidup ini. Tentu juga yang pasti tidak ketinggalan untuk digantungkan di Pohon Terang adalah lambang-lambang iman dan bingkisan kasih. Lambang-lambang iman menegaskan betapa Tuhan begitu baik dalam kehidupan kita. Kita tidak mungkin dapat melewati semua perjuangan hidup ini tanpa pertolongan-Nya. Sedangkan bingkisan-bingkisan kasih adalah tanda bahwa dalam hidup ini kita harus saling mengasihi dan saling menopang.

 

Jadi, hidup kita harus menggambarkan Natal itu sendiri. Mari kita hayati hal ini dengan sebaik-baiknya dan sedalam-dalamnya, supaya kalau ada orang atau pihak yang mengharamkan Natal, kita tidak perlu terganggu. Kalau teman-teman kita yang dulunya selalu memberi ucapan “Selamat Natal” dan sekarang tidak lagi, kita tidak berkecil hati apalagi menjauhi mereka. No problem. Tetap tunjukkan nilai Natal melalui sikap kita. Biarkan sang “Bintang Timur” itu tetap menerangi hati kita di tengah-tengah penolakan mereka. Bercahayalah melalui sikap-sikap “positif” di tengah-tengah sikap “negatif” dunia ini.

 

Bagaimana langkah kita memancarkan Natal dan nilai-nilainya itu dalam kehidupan kita? Kita harus belajar pada Yesus. Dikatakan dalam Lukas 2:40, “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” Ayat ini menunjukkan tiga hal hal penting terkait dengan pertumbuhan Yesus.

 

Pertama, Ia tumbuh menjadi kuat. Secara jasmani Dia sehat. Baik orang tua-Nya maupun Dia sendiri, merasa perlu untuk menjaga kesehatan dan merawat tubuh-Nya. Dengan tubuh yang kuat, Dia akan dapat melakukan hal-hal penting dan besar bagi keluarga dan sesama-Nya.

 

Kedua, Ia penuh hikmat. Yesus memiliki iman yang kokoh dan kebijaksanaan besar. Dia belajar banyak hal mengenai hidup ini, secara khusus tentang hal-hal rohani (keagamaan) dan kemanusiaan. Karena itu pengajaran-Nya selalu menggugah dan mencerahkan banyak orang. Ia menguasai tekhnik berkomunikasi dengan semua kalangan yang dihadapi-Nya. Iapun mampu mendorong orang untuk berubah dari kesalahan dan keberdosaannya.

 

Ketiga, kasih karunia Allah penuh atas-Nya. Yesus memiliki kasih yang luas dan solidaritas yang tinggi terhadap orang-orang miskin dan terpinggirkan. Ia peduli kepada mereka. Itulah sebabnya Dia mengajarkan kasih yang vertikal dan horisontal. Kasih kepada Allah yang harus dibuktikan melalui kasih kepada sesama. Seluruh pengajaran-Nya diarahkan kepada bagaimana murid-murid dan pengikut-Nya mau melakukan segala sesuatu yang perlu bagi “saudara yang hina” (bandingkan dengan Matius 25:31-36).

 

Belajar dari “pertumbuhan” Yesus ini, baiklah setiap keluarga memberi ruang yang cukup bagi anak-anaknya untuk bertumbuh dalam tiga dimensi di atas. Dan sebagai pribadi, kiranya kita semua berkepentingan memajukan dan mengembangkan diri kita seperti Yesus. Hidup “kuat, “penuh hikmat”, dan “berlimpah kasih karunia”. Dengan memiliki dan menghidupi segi-segi tersebut kita akan dapat memancarkan nilai-nilai Natal seterang mungkin bagi kehidupan di sekitar kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here