Tuhan Sedih Melihat Cara Umat-Nya Merayakan Natal

0
1576

Oleh: P. Adriyanto

 

 

“Ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan,  karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”

*Lukas 2 :7*

 

Ayat di atas menunjukkan kepada kita  bahwa Tuhan sejak semula telah memberi keteladanan tentang kesederhanaan. Ia yang raja dan Tuhan tidak menginginkan kemewahan.

Perlahan tapi pasti, selama 21 abad telah terjadi berubahan/transformasi makna dari Natal.

Makna dari Natal adalah:

 

# Kesederhanaan

 

# Sukacita yang besar bagi semua bangsa- Lukas 2:10~11

 

# Bukti kasih Allah kepada kita- Yohanes 3:16

 

Namun, manusia telah mengabaikan makna Natal di atas, dan menggantinya dengan nilai-nilai duniawi yang menjurus pada pesta yang meriah yang harus dirayakan dengan pakaian yang paling bagus. Ada yang lebih memprihatinkan bahwa cukup banyak anak-anak Tuhan yang pesta pora semalam suntuk di tempat-tempat hiburan malam, dan minum-minum sampai mabuk.

Event Natal juga sering dimanfaatkan untuk promosi bisnis dan politik.

Di tengah-tengah kemeriahan pesta Natal dengan hidangan-hidangan istimewa dan hiburan, mereka lupa bahwa banyak orang miskin yang selalu menghadapi masalah kelaparan setiap hari.

Bagi mereka Natal adalah merupakan *”Blue Christmas”* dalam arti sesungguhnya, bukan seperti lirik lagu yang dibawakan oleh Elvis Presley dan Celine Dion.

 

Misi Allah jelas adalah “penyelamatan umat manusia”,  namun tidak berarti bahwa kita tidak boleh bersukacita dalam menyambut Natal dalam batas-batas kesederhanaan.

Sepanjang kehadiran-Nya di dunia, Yesus selalu memberi keteladanan yang menyangkut kesederhanaan, rendah hati, mengasihi manusia dan bersedia melayani orang-orang berdosa.

*”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat kesenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”*

*Matius 11:29*

 

Kita juga harus belajar meninggalkan keinginan-keinginan duniawi dalam kehidupan kita sehari-hari termasuk dalam merayakan Natal.

*”Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua*

*manusia sudah nyata.*  *Ia mendidik kita supaya*

*kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi  dan supaya kita hidup* *bijaksana, adil dan  beribadah  di dalam dunia sekarang ini.”*

*Titus 2:11~12*

 

Sebenarnya mengacu pada misi Allah, bagi kita kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya kembali punya nilai yang jauh lebih penting.

Kebiasaan merayakan Natal secara berlebihan akan membiasakan hidup kita tetap terbelenggu pada  keduniawian.

Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here