Tawaran Tuhan: Pilih Untung atau Malang?

0
2403

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Ulangan 30:11-20

(11) “Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. (12) Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? (13) Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? (14) Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan. (15) Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, (16) karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. (17) Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, (18) maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. (19) Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, (20) dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.”

 

Mau hidup untung atau malang? Pilihan ada di tangan kita. Jika kita memilih malang, maka caranya sudah jelas: mulailah membelakangi Allah. Dan apa yang terjadi? Kita akan merasakan kemalangan yang hebat! Karena ternyata Tuhan pun menjauh dari kita. Tapi saya yakin kita tidak akan memilih yang pertama ini. Kita akan memilih yang kedua, yang tentu memberi keuntungan. Kalau ini pilihan kita, maka ketahuilah, kita harus melaksanakan perintah-Nya. Apa perintah-Nya itu? Kita harus mengasihi-Nya dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya” (ay. 16). Perintah ini sesungguhnya tidak berat, asal kita mau pasti terlaksana. Lagi pula Tuhan sudah menaruh itu dalam diri kita (ay. 11-14).

Perikop ini, sebagaimana isi seluruh Kitab Ulangan mengarahkan kita kepada suatu pilihan yang harus diambil. Dalam mengambil pilihan itu kita diperhadapkan kepada kehidupan penuh berkat atau kutuk. Ini diutarakan supaya kita tahu menjatuhkan pilihan. Dengan kata lain, masa baik atau tidak masa depan kita, tergantung pada pilihan yang kita ambil. Kemurahan Allah tidak mengalir begitu saja. Ia bergerak sambil memperhitungkan sikap manusia. Jika manusia memilih “malang” maka berkat Allah mennjauh darinya. Sebaliknya, jika manusia memilih “untung” dan siap mematuhi kehendak Allah, berkat masuk melimpahi manusia.

Penggambaran hidup-mati dalam perikop ini mengandung makna bahwa “hidup” menunjuk kepada suasana dan keberadaan manusia yang dilindungi Allah. Sedangkan “mati” adalah suasana dan keberadaan manusia yang menolak kehadiran Allah. Karena manusia menolak, maka Allah pun menolaknya. Singkatnya, hidup adalah berkat, mati adalah kutukan.

Selanjutnya, penggambaran “baik” dan “jahat” menunjuk kepada akibat hidup dengan Allah atau sebaliknya. Hidup bersama Allah membawa manusia kepada hidup berkemurahan di mana ada kesuburan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Akan tetapi, jika manusia tidak hidup dengan Allah, ia akan mengalami pembuangan, dilanda oleh penyakit, dan maut. Terserah, mau pilih yang mana.

Musa menghimbau umat Israel untuk memilih. Sebagai saksi atas pilihan mereka, Musa berseru kepada surga dan bumi (ay. 7). Ini bukan penyembahan berhala, tetapi dimaksudkan sebagai saksi mata. Andaikan nanti Tuhan melakukan penghakiman-Nya, langit dan bumi, akan “buka mulut” untuk bicara soal konsistensi mereka pada pilihan yang diambil. Manusia tidak mungkin mengelabui Tuhan. Dia sendiri tahu siapa kita, tambah lagi, unsur-unsur ciptaan-Nya pun akan angkat bicara soal ketaatan dan ketidaktaan kita. Jadi kita mau pilih yang mana?

Ingatlah, pilihan yang kita ambil akan menentukan citra diri kita selanjutnya: adakah kita menjadi manusia terhukum atau terberkati. Yang jelas, jika kita membuat pilihan yang benar, kita akan menemukan “hidup yang panjang”, penuh berkat dan kelegaan. Jika kita salah pilih, kita akan merana karena diterpa berbagai-bagai penderitaan. Beratnya beban, membuat kita merasa hidup itu begitu “pendek”. Memang, orang benar pun mengalami penderitaan, tapi iman membuatnya dapat melewati semua itu. Ia yakin di dalam Tuhan ada pertolongan besar. Inilah yang membuat hidupnya terasa “panjang” karena kebahagiaan yang diterimanya. Jadi, pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu. Pilihan hidup kita menunjuk kepada Yesus yang datang ke dunia untuk menjadi “jalan” kehidupan dalam kemurahan Allah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here