Pdt. Weinata Sairin: Melihat-lihat dengan Mata Jernih

0
1659

 

 

“Illumina oculos meos, Domine. Tuhan, terangilah mataku”.

 

Orang bijak berkata bahwa melihat itu lebih penting dan lebih meyakinkan dibandingkan dengan mendengar. Sebuah penyikaan yang disaksikan dengan mata, lebih terasa menyakitkan dibanding jika kita hanya mendengar cerita tentang penyiksaan itu. Daya serap dan daya penetrasi sesuatu yang dilihat itu lebih dahsyat ketimbang apa yang di dengar. Dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada pihak lain kedua aspek itu sering dikombinasi sehingga manfaat dan dampaknya terasa lebih besar. Itulah sebabnya kemudian dikembangkan piranti audio-visual dalam konteks komunikasi sehingga audiens/pasar lebih mampu menangkap message yang disampaikan

 

Walaupun dari segi tertentu melihat itu sangat penting dibanding  dengan mendengar namun dalam kenyataan praktis kedua apek itu : melihat dan mendengar tetap dibutuhkan. Kesempurnaan hidup bisa dirasakan lebih mewujud andai dua aspek itu bisa kita miliki dan bisa dinikmati.

 

Ada 3 penyakit mata yang acap dialami oleh umat manusia yaitu retinablastoma, glaukoma dan katarak. Retinablastoma adalah tumor ganas yang menyerang mata. Dalam banyak kasus penyakit ini tidak hanya mengakibatkan kebutaan tetapi juga kematian. Glaukoma juga dialami oleh banyak orang. Glaukoma terjadi karena meningkatnya tekanan yang ada di area mata. Penyakit ini bisa mengakibatkan kebutaan. Katarak biasanya menyerang mereka yang sudah berusia lanjut karena munculnya keburaman pada lensa mata. Dalam perkembangan terakhir banyak rumah sakit yang memberi pelayanan untuk operasi katarak yang sangat membantu memulihkan penglihatan seseorang.

 

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Sebagai organ tubuh yang adalah bagian dari panca indera, maka _mata_ memiliki arti yang amat penting. Hanya organ mata yang memungkinkan seseorang membedakan terang dan gelap, bahkan melalui penglihatan seseorang bisa melakukan ‘diferensiasi’ terhadap benda-benda. Ada pepatah kuno yang kita ingat : “Darimana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali. Darimana datangnya cinta, dari mata turun ke hati”. Walaupun dari segi isi pepatah ini masih bisa diperdebatkan, namun melalui pepatah ini kita diyakinkan pentingnya mata dalam konteks (awal) membangun dunia percintaan.

 

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia menganugerahkan mata untuk melihat bagi kita. Kita harus concern dan mengupayakan bantuan agar saudara-saudara kita yang tidak dapat melihat, dapat tetap menjalankan kegiatannya tanpa kendala yang berarti. Mengingat pentingnya mata dan “mahalnya” mata maka kita harus merawat mata kita dengan setia, dan menggunakan mata untuk melakukan hal-hal yang positif. Kita mesti menggunakan mata kita untuk membaca Kitab Suci; untuk membaca partitur lagu agar nyanyian dan pujian kita menjadi lebih baik; kita melihat tanda-tanda lalu lintas dengan mata jernih sehingga kita selamat dalam berkendaraan dan terhindar dari menabrak trotoar atau bahkan menabrakkan mobil kita pada tiang listrik yang ada di pinggir jalan; kita membaca dokumen, surat, naskah perjanjian dengan baik, dan sebagainya.

 

Tingkat kejernihan mata harus dipelihara dengan baik sesuai dengan prosedur-prosedur medis sehingga mata dapat difungsikan secara optimal. Mata yang memiliki kekuatan visual yang amat tinggi memang bisa saja terkena virus negatif tatkala mata “melirik” kearah sesuatu yang berujung pada hal-hal yang negatif. Mata adalah pelita tubuh. Jika mata kita baik maka tubuh kita terang seluruhnya, sebaliknya jika mata kita *jahat* maka gelaplah tubuh kita.

 

Dari pengalaman empirik kita mencatat bahwa ‘mata’ acapkali tergoda oleh ‘penampakan sesaat’. Mata tegiur, terkesima, terlena oleh hal-hal yang bukan milik sendiri. Lirikan mata terhadap barang milik orang lain acapkali juga membangkitkan sikap iri hati sekaligus melahirkan nafsu berkorupsi, tanpa sadar bahwa hal itu bertentangan dengan moral; hukum dan agama.

 

Pepatah berbentuk doa yang dikutip diatas memohon agar Tuhan menerangi mata kita. “Menerangi” disini tidak hanya dalam arti fisik-medik yang bisa dilakukan misalnya dengan meminum vitamin produk Cendo, tetapi “menerangi” dalam arti rohani, spiritualitas sehingga ‘mata’ selalu di bimbing Tuhan untuk menjelajahi hal-hal yang positif.

 

Dengan memohon agar Tuhan ‘menerangi’ mata maka seseorang menyadari benar bahwa ‘mata’ hanya difungsikan untuk hal-hal yang positif yang tidak melawan hukum, yang tidak bertentangan dengan moral dan agama, yang tidak bertolak belakang dengan nilai-nilai dan kearifan lokal.

 

Mari gunakan dan fungsikan mata dengan baik untuk hal-hal positif dan konstruktif, tidak untuk memanipulasi, merekayasa alibi, mempertontonkan drama kecelakaan lalulintas, mendramatisasi sejenis _malingering_ dan berbagai manipulasi lainnya yang menodai bahkan melecehkan harkat dan martabat manusia. Mata harus mampu mencerdaskan seseorang melihat dunia nyata sehingga ia tidak

mempertahakankan sikap yang “kemaruk kekuasaan”.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin*.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here