Di dalam Dia Kita Beroleh Keberanian untuk Percaya

0
3647

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Efesus 3:1-13

(1) Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah (1) — memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, (3) yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. (4) Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, (5) yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, (6) yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. (7) Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya. (8) Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, (9) dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, (10) supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, (11) sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (12) Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. (13) Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.

 

Seringkali kita menjadi kecil hati ketika pemimpin kita mengalami kekalahan. Kita membayangkan bahwa kita tidak akan bersama-sama lagi dengan sang pemimpin, lalu berpikir untuk mencari figur pemimpin lain. Perasaan itulah yang terjadi atas orang Kristen non Yahudi, ketika Paulus sebagai pemimpin mereka dipenjarakan. Itulah sebabnya Paulus menyurati mereka dari penjara dan menekankan kepada umat di Efesus bahwa penderitaan yang dialaminya bukan berarti kekalahan, tetapi kemuliaan (ay. 13).

Paulus mengarahkan mereka untuk lebih melihat kepada figur Kristus dan bukan kepada dirinya, sebab penderitaan yang dialami adalah demi Kristus. Penderitaan, bagi Paulus, membuahkan kemenangan. Paulus menunjukkan dengan percaya kepada Kristus ia memperoleh keberanian untuk menghadapi semua kemungkinan dalam hidup ini. Tidak ada kegentaran sedikit pun dalam hatinya.

Kita harus mengakui bahwa hidup kita di dunia ini seringkali bergantung pada figur manusia. Akibat dari hal itu membuat kita sering merasa gagal, cemas, kecewa, lalu ingin segera beralih pada figur lain. Dengan kata lain, ketika kita mengidolakan seseorang dan orang itu kemudian tidak popular lagi atau mengalami penderitaan karena dikucilkan, maka segera kita mencari yang lain sebagai sosok andalan.

Secara iman Kristen kita diharuskan hanya bergantung kepada Kristus. Di dalam keakraban atau dalam perjumpaan kita dengan-Nya setiap saat, kita akan merasakan keberanian yang kuat. Inilah keberanian yang mendorong peningkatan kepercayaan kita, sebab di dalamnya Kristus melindungi kita. Sungguh, Kristus melindungi kita walaupun keadaan di sekitar kita sangat mencemaskan. Banyak orang memprediksikan bahwa masa di depan kita diliputi oleh keserbatidakpastian sehingga tak sedikit orang (termasuk warga gereja) menjadi kuatir. Ingatlah bahwa situasi bagaimanapun yang menguatirkan, tidaklah dapat memisahkan kita dari kasih Kristus!

Kita harus tetap menatap kepada Kristus. Kita harus menatap jalan penderitaan-Nya sebagai jalan yang membawa kita kepada kemuliaan dan kemenangan. Dengan menatap pada jalan Kristus kita mempunyai dasar yang kuat untuk seluruh proses perjuangan iman kita. Bahkan dengan menatap Kristus (dan kemuliaan-Nya) kita akan beroleh keberanian untuk percaya. Keberanian percaya yang datang dari Kristus tidak mungkin tergoyahkan oleh situasi apa yang terjadi. Di dalam Dia kita mendapat jaminan kemenangan untuk mengalami dan menghadapi pergumulan kita.

Hidup adalah kasih untuk dibagikan, dan hidup adalah keindahan untuk dinikmati dalam kuasa kasih-Nya. Oleh sebab itu marilah kita bersyukur sambil bertindak konsisten dengan menuruti apa yang kita yakini. Demikianlah kita menggunakan hidup ini bagi kemuliaan-Nya!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here