Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Ulangan 11:13-21
(13) Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, (14) maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, (15) dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang. (16) Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya. (17) Jika demikian, maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil, lalu kamu lenyap dengan cepat dari negeri yang baik yang diberikan TUHAN kepadamu. (18) Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. (19) Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, (21) supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi.
Seorang prajurit dipecat dari ketentaraan karena terbukti beberapa kali tidak melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Pertama-tama memang ia cuma melakukan hal-hal yang tidak terlalu fatal, hanya terlambat saja! Di kemudian hari ternyata ia tidak belajar dari keterlambatannya yang mengakibatkan tegurarn sang komandan pada waktu itu. Kini ia benar-benar kedapatan tidak melakukan tugasnya, akibatnya tidak ada ampun lagi, ia dipanggil oleh pimpinan untuk menghadiri sebuah upacara khusus, upacara pemecatan bagi prajurit yang tidak disiplin dan mangkir dari tugas-tugasnya. Sungguh tragis! Di depan banyak prajurit, di depan para sahabatnya, ia dipecat secara tidak terhormat. Hari itu adalah hari yang penuh malapetaka bagi dirinya, ia memperoleh ganjaran yang setimpal dari semua kelalaian dan ketidaktaatannya. Ia sudah melanggar sumpah prajurit yang harusnya menjunjung tinggi kesetiaan dan tanggung jawab.
Israel merupakan sebuah bangsa pilihan Allah, mereka didaulat oleh Allah sebagai tentara-Nya. Menjadi bangsa pilihan, tentara Allah, yaitu berarti Allah komandan tertinggi. Musa menjadi komandan, pimpinan dari Israel untuk mengawasi sekaligus memberitahukan apa-apa saja tugas mereka. Kali ini Musa berpidato dihadapan umat Israel hendak menegaskan prinsip-prinsip hidup yang telah digariskan oleh Allah. Bahwa Israel akan dituntun oleh Allah menuju sebuah negeri perjanjian; negeri yang berlimpah dengan susu dan madu (ayat 9) tetapi juga negeri itu akan sungguh-sungguh menjadi tempat yang baik bagi kehidupan jika dikelola dengan kerja keras (ayat 10). Bukan itu saja, Israel harus menegakkan suatu kehidupan kultis, hati dan jiwa mereka harus berpaut pada Allah. Musa memperingatkan mereka, perjalanan panjang menuju negeri perjanjian adalah melewati negeri-negeri yang tidak mengenal Allah. Israel diminta untuk menjaga hatinya, mewaspadai pengaruh-pengaruh kekafiran (ayat 11).
Nampaknya Musa mengerti persis konsekuensi logis yang kelak ditimbulkan oleh ketidaktaatan Israel. Itulah sebabnya Musa meyakinkan Israel, ia memperingatkan mereka supaya menjaga kehidupan spiritualitasnya. “Kamu harus menaruh perkataanku ini di dalam hatimu dan di dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu”. (ayat 18). Pernyataan sekaligus permohonan ini memperlihatkan tingginya perhatian Musa pada ketetapan-ketetapan Allah yang harus dijalankan oleh umat Israel. Hal itu juga memperlihatkan betapa seriusnya Allah kepada Israel. Keseriusan untuk mengamankan bangsa Israel dari pengaruh kekafiran (sinkretisme). Maka di sini. apa yang kemudian muncul adalah ketaatan bangsa Israel. Negeri perjanjian akan mereka raih, duduki, hanya dengan satu cara, menaati apa yang Allah mau.
Ketaatan mana harus lahir dari sebuah kesadaran hati dan jiwa mereka. Allah meminta menuntut ketaatan, karena Ia peduli akan perjanjian berkat-Nya. Allah tidak pernah mengingkari apa yang dititahkan-Nya. Ia menghukum dan membinasakan jika ternyata bangsa Israel mempermainkan permintaan-Nya. Murka Allah yang hebat akan menimpa mereka. Inilah konsekwensi logis yang sejak awal ditakuti Musa. Murka Allah merupakan bentuk penegakkan wibawa-Nya yang maha suci, Ia tidak mau diduakan oleh Israel. Allah yang pernah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, itulah Allah yang penuh kasih, tetapi juga bisa penuh kemurkaan apabila mereka tidak menghormati atau menaati Allah. Ketaatan Israel adalah meletakkan Allah sebagai satu-satunya Allah dalam kehidupan mereka. Karena hanya Allah-lah yang merencanakan kehidupan yang berkelimpahan, bukan ilah-ilah lain. Ketaatan ini berarti sebuah sikap positif yang justru menghantarkan mereka pada berkat-berkat-Nya. Sementara ketidaktaatan? Sudah barang tentu akan mendatangkan sebuah malapetaka!