Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Matius 28:19-20
(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Ada sebuah sindiran begini: “Adalah lebih gampang mempersatukan tentara dari pada mempersatukan gereja.” Apakah sindiran itu benar atau tidak, tergantung dari sudut mana Anda melihatnya. Secara militer memang mudah mempersatukan tentara karena doktrin keprajuritan yang jelas dan garis komando yang selalu dipegang teguh.
Bagaimana secara gerejawi? Apakah memang gereja tidak bisa dipersatukan? Oh, jawabnya tentu bisa. Sekalipun terdapat banyak aliran gereja, namun sebenarnya gampang mempersatukan gereja. Sebab dasar dan doktrin gereja adalah jelas, yaitu: Kristus! Paulus dalam banyak kesempatan berulang-ulang kali mengatakan bahwa meskipun di jemaat itu terdapat berbeda-beda dan berupa-rupa orang, etnis, golongan dan status, tetapi Kristulah yang mempersatukan semua itu. Misalnya, Paulus pernah menasihatkan jemaat Kolose dengan mengatakan: “Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kolose 3:11).
Amanat Yesus dalam Matius 28:19-20 dapat dikatakan sebagai dasar dan landasan untuk mempersatukan gereja. Dari amanat inilah sebenarnya gereja-gereja di dunia harus merumuskan visi, misi dan tujuan pelayanannya. Yesus telah memerintah semua umat-Nya untuk: “Pergilah!” Perintah ini mengandung arti: untuk apa dan mau ke mana. Jelas bahwa kita diperintahkan untuk pergi memberitakan Injil di dunia. Dalam perintah itu termuat tiga pokok penting (trilogi panggilan gereja), atau sering disebut juga “three in one” (= tiga perintah dalam satu tugas), yang harus dijalankan oleh gereja. Pertama, “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku”; Kedua, “Baptislah mereka dalam nama-Ku”; Dan ketiga, “Ajarlah mereka melakukan segala perintah-Ku”. Itulah perintah yang harus dijalankan oleh gereja di mana dan kapanpun! Ingat: ketiga perintah itu tidak dilaksanakan dengan baik dan berhasil, jika Kristus yang telah diberikan kuasa di sorga dan dibumi tidak menyertai murid-murid dan gereja-Nya (Matius 18:20; bnd. Kisah Para Rasul 1:8).
Di era pelayanan gereja sekarang ini dirasa perlu untuk merevisi dan meredefenisikan serta mereformasi kembali pelayanan gereja-gereja kita sekarang ini. Kata pergilah adalah lebih baik jika diartikan dengan “pergi ke luar gereja” (baca: dunia, orang lain yang belum percaya) dan bukannya pergi ke gereja atau orang Kristen lagi dengan dalih apapun termasuk dalih penginjilan demi hidup baru padahal maksudnya adalah mengambil domba dari gereja lain. Dengan amanat Yesus tidak dimaksudkan adanya saling menghakimi antar gereja dengan ungkapan-ungkapan: di gereja ini ada Roh Kudus, gereja itu tidak; gereja ini lebih hidup, gereja itu tidak; dsb. Bila hal-hal ini masih mewarnai kehidupan bergereja kita sekarang, maka persatuan gereja tidak akan terwujud. Yang ada hanyalah saling menyindir. Jika situasinya begini, maka bisa jadi nubuatan rasul Petrus bahwa penghakiman itu harus dimulai dari Gereja (bnd. 1 Petrus 4:170) benar-benar akan menjadi kenyataan.
Camkanlah, tugas Pekabaran Injil adalah suatu keharusan bagi semua gereja (bnd. 1 Korintus 9:16), walau cara, bentuk dan strateginya berbeda-beda. Tujuannya adalah tetap sama yaitu untuk kemuliaan Kristus dan perluasan Kerajaan-Nya (sama sekali bukan untuk keagungan dan kejayaan gereja!). Di sorga nanti Kristus tidak akan menanyakan dari gereja mana asal-usul Anda, tapi apakah Anda sebagai murid-Nya telah melakukan kehendak-Nya dan Kehendak Bapa di sorga?
Sebagai orang Kristen (gereja), kita dipanggil untuk tidak hanya menjadi “pemberita Injil” tapi juga siap menjadi “penderita Injil” (2 Timotius 1:11-12). Kita tidak hanya melaksanakan “Amanat Agung” tapi juga “Perintah Agung” dalam Matius 22:37-40.