Oleh: Stefanus Widananta
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun
Mazmur 133:1
Tidak bisa dipungkiri bahwa pilkada atau pilpres dimana pun melahirkan kubu-kubu yang memiliki pandangan, perbedaan serta pemahaman sendiri.
Akibatnya masih banyak masyarakat yang terpolarisasi sesuai dengan siapa yang didukung, walaupun seharusnya, setelah pilkada atau pilpres selesai, kita harus bersatu kembali.
Demikian juga, kita sebagai pengikut Kristus, entah sudah berapa banyak denominasi gereja yang lahir akibat perbedaan-perbedaan pemahaman atau persepsi mengenai firman Tuhan.
Perbedaan memang suatu keniscayaan dalam hidup manusia, bahkan orang kembar pun bisa berbeda dalam berbagai hal, saudara sekandung juga demikian, apalagi antar umat.
Ada yang berpandangan tata ibadah harus khusyuk, ada yang maunya gegap gempita, ada yang berbeda pandangan mengenai baptisan dan banyak lagi perbedaan yang lainnya
Prinsipnya, kita bukan harus menghilangkan perbedaan, tetapi bagaimana kita menonjolkan persamaan.
Yesus dalam doanya berkata, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”
Paulus menekankan pentingnya persatuan, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir”
Di tengah situasi penuh konflik di dalam masyarakat kita dipanggil untuk bersatu, hidup dalam kerukunan.
Kita lebih memerlukan pertobatan dari pada perdebatan.
Perdebatan hanya melahirkan pertengkaran, perpecahan, apalagi kalau kita tidak dewasa dalam menyikapinya, sedangkan pertobatan membuat kita sadar bahwa kita ini bukan siapa-siapa, hidup kita perlu bergantung kepada Tuhan dan kita mau mengikuti kehendak Tuhan
Tuhan Yesus memberkati