Oleh: Stefanus Widananta
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Roma 12;17-18
Banyak negara mengecam pemerintahan Myanmar akibat kekerasan terhadap etnis Rohingnya, tidak ketinggalan sekelompok orang juga berdemo dan ada juga yang memanaskan situasi dengan mengaitkan kekerasan di sana dengan agama tertentu.
Dunia memang semakin haru dipenuhi kekerasan, media sosial juga seringkali turut berperan dalam menyebarkan kekerasan
Keluarga-keluarga, termasuk keluarga Kristiani, tanpa disadari, kekerasan demi kekerasan juga dilakukan oleh anggota keluarga, mungkin bukan kekerasan fisik, tetapi kekerasan psikis, suami melecehkan isterinya dan sebaliknya, anak melawan orang tua.
Dunia memang seringkali menggunakan kekerasan, tekanan, ancaman untuk menindas pihak yang lemah, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya menindas yang miskin
Ajaran Kristiani tidak pernah mengajarkan orang untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, justru sebaliknya, kita harus berdoa bagi orang yang menganiaya kita, memberi makan bagi seteru kita yang lapar, memberi minum jika seteru kita haus
Kekerasan harus dikalahkan dengan kasih
Alkitab berkata, “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersukacita kareba ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu”
Yesus sendiri mengatakan, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
Marilah kita belajar menjadi pembawa damai, dimulai dari keluarga kita, lingkungan dimana kita ada, belajarlah mengasihi sesama kita, seperti Tuhan lebih dahulu mengasihi kita
Tuhan Yesus memberkati