Peduli Pada Keluarga

0
2857

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

Kejadian 47:1-12
(1) Kemudian pergilah Yusuf memberitahukan kepada Firaun: “Ayahku dan saudara-saudaraku beserta kambing dombanya, lembu sapinya dan segala miliknya telah datang dari tanah Kanaan, dan sekarang mereka ada di tanah Gosyen.” (2) Dari antara saudara-saudaranya itu dibawanya lima orang menghadap Firaun. (3) Firaun bertanya kepada saudara-saudara Yusuf itu: “Apakah pekerjaanmu?” Jawab mereka kepada Firaun: “Hamba-hambamu ini gembala domba, baik kami maupun nenek moyang kami.” (4) Lagi kata mereka kepada Firaun: “Kami datang untuk tinggal di negeri ini sebagai orang asing, sebab tidak ada lagi padang rumput untuk kumpulan ternak hamba-hambamu ini, karena hebat kelaparan itu di tanah Kanaan; maka sekarang, izinkanlah hamba-hambamu ini menetap di tanah Gosyen.” (5) Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf: “Ayahmu dan saudara-saudaramu telah datang kepadamu. (6) Tanah Mesir ini terbuka untukmu. Tunjukkanlah kepada ayahmu dan kepada saudara-saudaramu tempat menetap di tempat yang terbaik dari negeri ini, biarlah mereka diam di tanah Gosyen. Dan jika engkau tahu di antara mereka orang-orang yang tangkas, tempatkanlah mereka menjadi pengawas ternakku.” (7) Yusuf membawa juga Yakub, ayahnya, menghadap Firaun. Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun. (8) Kemudian bertanyalah Firaun kepada Yakub: “Sudah berapa tahun umurmu?” (9) Jawab Yakub kepada Firaun: “Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing.” (10) Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun, sesudah itu keluarlah ia dari depan Firaun. (11) Yusuf menunjukkan kepada ayahnya dan saudara-saudaranya tempat untuk menetap dan memberikan kepada mereka tanah milik di tanah Mesir, di tempat yang terbaik di negeri itu, di tanah Rameses, seperti yang diperintahkan Firaun. (12) Dan Yusuf memelihara ayahnya, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya dengan makanan, menurut jumlah anak-anak mereka.

Ada pepatah yang berbunyi “Air susu dibalas dengan air tuba”, artinya kebaikan dibalas dengan kejahatan. Yang tidak mungkin kita mengerti mengapa sebuah kejahatan tumbuh dalam suatu keluarga dan memakan korban dari keluarga itu juga. Yusuf adalah sosok yang menjadi korban kejahatan saudara-saudaranya; ia telah diperlakukan dengan tidak adil. Bukanlah nasib yang mengantarkan Yusuf untuk dikhianati oleh saudara-saudaranya, bukan pula takdir kalau Yusuf sanggup mengubah sebuah perbuatan jahat menjadi kesempatan bagi mengalirnya nilai-nilai kasih.

Bagi peradaban modern, mungkin tindakan Yusuf tidak populer, sebab ia tidak membalas kejahatan saudara-saudaranya sebagaimana ia diperlakukan. Sejak awal Yusuf tidak pernah membiarkan kebiasaan-kebiasaan buruk menguasai hati dan pikirannya. Dalam suatu cobaan yang datang dari istri Potifar, Yusuf berkata “Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah? (Kejadian 39:9b).

Yusuf tidak percaya takdir dan nasib, namun menaruh keyakinan yang tinggi pada Allah, inilah rahasia keberhasilan Yusuf kelak! Ketika ia menjadi penguasa di Mesir, sama sekali ia tidak menggunakan kekuasaan itu untuk membalas kejahatan saudara-saudaranya (walaupun itu mungkin!) malahan ia memperlihatkan rasa sayang yang tulus bagi saudaranya-saudaranya itu. Seolah-olah Yusuf hendak mengatakan, “Kasihan kalian, saudara-saudaraku telah terjebak oleh kejahatan yang kalian sendiri tidak mengerti”. Padahal kejahatan itu jelas-jelas dilakukan secara sadar. Benar! Yusuf bukan orang yang memperhitungkan kesalahan orang. Yusuf bertaruh untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan !

Pertanyaan, “Apakah kebaikan yang dikerjakan Yusuf bagi saudara-saudaranya? Atas kewenangan dari Firaun bahkan atas perintahnya, Yusuf mempersilahkan ayahnya beserta seluruh saudara-saudaranya menduduki sebuah tanah luas yang terbaik di Mesir. Ditanah itu mereka bisa beternak, mengelolah sendiri untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Kelaparan yang dulunya dialami oleh Yakub (ayahnya) dan saudaranya, kini ditanah Mesir mereka hidup dengan kecukupan tetapi juga kelimpahan, bahkan mendapat perhatian istimewa dari Firaun. Apa yang Yusuf lakukan adalah sebuah kepedulian pada keluarganya, kepedulian yang tak pantas diterima oleh saudara-saudaranya. Hanya karena takut akan Allah, Yusuf melakukan itu semua; ia harus tahu bahwa dirinya adalah alat dari Allah untuk berbuat baik pada keluarganya, lebih dari itu untuk segenap bangsa Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here