Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
2 Petrus 3:1-16
(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. (15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.
Seluruh perikop ini membahas mengenai kedatangan Kristus. Ada dua istilah yang digunakan di sini, yaitu “kedatangan Kristus” (parousia, ay. 4) dan “hari Tuhan” (ay. 10). “Hari Tuhan” ditemukan juga dalam Kitab Wahyu dengan sebutan “hari Allah” (Why. 16:14). “Hari Allah” akan ditandai dengan hancurnya ‘langit’ oleh api dan mencairnya ‘unsur-unsur langit’. Kita tidak tahu secara pasti bagaimana proses itu terjadi, tetapi hal tersebut jelas disebabkan oleh “hari Allah” dan bukan merupakan bencana alam atau sesuatu yang disebabkan oleh kecerobohan manusia. Allah akan mengangkat langit dan bumi yang lama dan mempersiapkan jalan untuk langit dan bumi yang baru (Why. 21:1; 2Ptr. 3:13). Rasul Petrus tidak bermaksud menakut-nakuti orang Kristen, dengan apa yang dipaparkannya ini, melainkan untuk mengingatkan bahwa segala sesuatu yang mereka perbuat di bumi ini bersifat sementara. Hanya hidup dalam ketaatan kepada Allah akan memberikan hidup kekal (1 Yoh. 2:17). “Hari Allah” merupakan saat di mana mereka menerima ganjaran tersebut.
Kita sedang berada dalam masa penantian datangnya hari Tuhan. Kita harus terus rnengingatnya, dan menata hidup untuk hari itu. Kesadaran akan hari Tuhan itu akan menentukan cara atau pola hidup kita. Artinya, keyakinan seseorang mengenai kedatangan Kristus akan menentukan cara hidupnya. Jika manusia memiliki pengharapan hidup seperti dikehendaki oleh Petrus, maka mereka akan menjalani kehidupan yang kudus apapun konsekuensinya. Itulah sebabnya Petrus dengan penuh kesungguhan menasihatkan, “Betapa suci dan salehnya kamu harus hidup”.
Jika sekarang Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita, sebelum Hari Tuhan itu terjadi, artinya Tuhan masih berpanjang sabar terhadap kita. Dia tidak ingin “seorang pun binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Maka itu kita harus segera bertobat dan menjalani hidup kudus sehingga berkenan di hadapan Allah sampai kepada akhir dunia ini. Memang kita tidak tahu kapan hari Tuhan itu terjadi, tetapi hari itu pasti datang. Kita diberi waktu untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya. Mari kita bertanya: sudahkah hidup saya diarahkan untuk menyambut hari Tuhan tersebut? Apakah kita sudah menggunakan waktu dengan baik untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Yesus kedua kali?
Petrus telah membuat kita tercengang. Di satu pihak, bayangan kita akan bumi yang dilahap oleh bola api bersama seluruh hasil karya dan budayanya mengguncangkan jiwa karena kita merupakan bagian dari zaman ini. Di pihak lain, pandangan bahwa hidup yang kudus dapat mempercepat kedatangan Kristus dan dengan demikian mempengaruhi seluruh alam semesta membangkitkan perasaan bahwa kita memiliki hak istimewa yang menakjubkan. Petrus berharap bahwa secara bersama-sama kedua pandangan di atas akan mendorong orang Kristen untuk menanti-nantikan kedatangan Kristus dan menjalani kehidupan kudus dengan penuh kesungguhan hati.
Ya, kita menanti hari itu dengan kesungguhan hati sambil berjaga-jaga. Kita berjaga-jaga bukan saja terhadap perubahan alam yang akan terjadi tetapi juga terhadap orang-orang yang dapat menggoyahkan pengharapan kita. Seperti dikatakan Petrus, “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?” …(ay. 3-4). Banyak orang tidak dapat bertahan terhadap orang-orang seperti, membuat banyak dari kita yang berpaling…. Berjaga-jagalah!