Rendah Hati: Pangkal dari Segala Sumber Rahmat!

0
1533

Oleh: Jeannie Latumahina

Saya membayangkan,saat itu,waktu itu, ketika semua pimpinan bangsa ini, mereka yang disebut sebagai wakil rakyat,orang- orang terpilih ,yang dipilih oleh rakyat Indonesia ,duta rakyat,mereka semua saat itu sedang berada di dalam sebuah gedung istimewa,dalam rangka memperingati peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia.Semua kamera TV awak media nasional dan Internasional meliput peristiwa itu,sorotan lampu yang tajam menyoroti semua wajah pemimpin- pemimpin tersebut .Dan peristiwa tersebut ditonton oleh berjuta – juta mata pemirsa TV .

Acara demi acara berlangsung dengan hikmat ,semua mengikuti dengan serius,walaupun dalam tangkapan sorotan lampu kamerawan TV ada yang terlihat jelas sedang tertidur.Sampailah pada acara yang menurut pemikiran saya sangat penting yaitu doa.Pertanyaan yang muncul di benak saya:”Apa essensinya sebuah doa?”apakah doa hanya sekedar kata-kata?Menurut pemikiran saya doa bukan sekedar konsep kalimat dan kata-kata.Doa adalah sikap hati, sikap hidup.Terkadang orang hanya berdoa dengan mulut , tetapi tidak dengan hati.Doa seperti ini hanya sampai ke telinga manusia,tetapi tidak akan pernah sampai ketelinga Tuhan.Berdoa seperti malaikat tetapi tindakan keseharian nya seperti perbedaan langit dan bumi.Bukan doa yang salah,tetapi sikap hati orang tersebut yang salah..

Ketika kalimat demi kalimat terucap dengan penuh percaya diri dalam suasana hening dan syahdu, saya mendengar dengan jelas kalimat yang terucap tentang pemimpin Negara ini, dan saya diam mendengar, ketika mata saya arahkan lagi ke layar TV, terlihat mereka para pemimpin itu tertawa! Inilah bahayanya para pemimpin yang terserang semacam penyakit yang bernama ” penyakit pamer kata !” atau “MEGALOMANIA’.Pamer kata yang ingin membuktikan kepada semua orang bahwa dia yang berdiri di podium itu adalah yang paling hebat,paling berkuasa,paling besar!Sadarkah dia bahwa ini penyakit yang berbahaya bagi dirinya sendiri ?bahwa dibalik kata- katanya yang merendahkan orang lain, sehingga orang yang mendengarnya turut tertawa sebenarnya menunjukkan bahwa ia yang mengucapkan kata- kata tersebut adalah” pemimpin yang tidak percaya diri”.karena tidak percaya diri inilah maka ia selalu menggunakan kata-kata untuk membuktikan dirinya besar dan merendahkan orang lain.Saya yakin anda yang membaca tulisan saya ini akan memahami dengan jelas siapa orang yang terkena penyakit tersebut?penyakit tersebut bisa sembuh jika dia berani untuk belajar menghargai dan menghormati setiap orang, siapapun dia, karena dia adalah manusia.

Mencermati yang terjadi di dalam ruangan tersebut, saya semakin ingin melihat apa yang terjadi dengan pemimpin negara ini, dengan kepala yang tertunduk beliau tetap berdoa.Tanpa terasa air mata jatuh di pipi saya.Bukankah ini jelas menunjukkan bahwa dengan kepala yang tertunduk beliau menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin yang rendah hati?rendah hati adalah pangkal dari segala sumber rahmat.Rendah hati adalah salah satu ciri dari ” kecerdasan emosi!”Orang yang berani menunjukkan kerendahan hati adalah orang yang berpotensi meraih keberhasilan..Sampai doa berakhir
tetap dengan kepala yang tertunduk,selesai acarapun keluar dari ruangan tersebut dengan tersenyum.Inilah pemimpin yang sejati.Tidak pernah merasa dirinya hebat.Tidak pernah merasa dirinya penting.Tidak pernah merasa dirinya besar.Tidak pernah merasa dirinya paling benar.Mau bersedia mendengar suara hati rakyat,mendengarkan pendapat orang lain,menerima kritik dari orang lain dan tidak negative thinking.

Dengan semangat kerendahan hati beliau selalu menunjukkan kepada rakyat Indonesia,untuk selalu berjalan bersama-sama .Saya tidak pernah melihat beliau berjalan sendiri,selalu merangkul semua pihak.Maka tidak mengherankan apabila dalam peringatan HUT RI yang ke 72, semua ex presiden RI ( yang masih hidup) menghadiri upacara bendera di Istana Negara dan hal ini baru pernah terjadi dalam sejarah Indonesia.Hadir dengan memakai pakaian adat Indonesia!.Inilah karakter pemimpin negara yang rendah hati,yang selalu hadir dengan inspirasi,saya bukan apa-apa,saya bukan siapa-siapa tanpa orang lain.

Ruangan itu pun sepi,sunyi dan kosong yang nampak hanya meja dan kursi.Tetapi melalui peristiwa di dalam ruangan ini kita semakin memahami ” dasyatnya kerendahan hati, yang adalah pangkal dari segala sumber rahmat..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here