Tetap Ingat Akan Tuhan

0
8263

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Ulangan 8:11-18

(11) Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; (12) dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, (13) dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak, (14) jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, (15) dan yang memimpin engkau melalui padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada air. Dia yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras, (16) dan yang di padang gurun memberi engkau makan manna, yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu, supaya direndahkan-Nya hatimu dan dicobai-Nya engkau, hanya untuk berbuat baik kepadamu akhirnya. (17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.

 

Dalam ayat 11, perikop kita kali ini, dikatakan: “Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, …” Artinya, kita harus selalu ingat akan Tuhan. Dalam seluruh hidup kita harus ingat akan Tuhan. Ingat akan Tuhan bukan hanya pada waktu kita susah, tapi juga pada waktu senang. Orang yang melupakan Tuhan ketika ia berhasil, ketika ia sukses, dan ketika ia banyak harta adalah orang yang tinggi hati (ayat 14). Ia lupa akan Tuhan karena ia merasa semua yang diperolehnya adalah hasil dari kekuatannya. Oh tidak demikian! Semua yang kita peroleh, jika tidak diperkenankan Tuhan, tidak akan dapat kita miliki. Itulah sebabnya dalam ayat 17-18 dikatakan: “Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan …”

Hal ingat akan Tuhan kemudian dibuktikan lewat ketaatan beribadah dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Bukan hanya dengan membayangkan saja, dan bukan pula hanya dengan berteori. Bagaimanapun pandainya kita mengingat (dan mengenal) Tuhan, tapi jika tidak terbukti dalam tindakan nyata, semuanya sia-sia. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Sesungguhnya orang yang selalu ingat akan Tuhan akan memperlihatkan kehidupan beragamanya yang baik. Selalu ada hubungan antara ingat akat Tuhan (=keyakinan kepada Tuhan) dan ketaatan beragama.

Camkanlah: ketaatan beragama dijalankan karena seseorang selalu ingat akan Tuhan, bukan karena peraturan-peraturan yang dibuat oleh agama. Kalau dasarnya adalah ingat akan Tuhan, maka orang yang menjalankan agamanya selalu diliputi oleh rasa rindu untuk memuliakan Tuhan dalam hidupnya dan kerelaan untuk melakukan kehendak-Nya. Tapi kalau dasarnya adalah peraturan-peraturan, maka kehidupan beragama akan dijalankan sebagai suatu kewajiban. Ada perbedaan antara beragama karena kerinduan kepada Tuhan dan beragama karena kewajiban. Beragama karena kerinduan kepada Tuhan akan membuat seseorang terus berkarya tanpa pernah merasa lelah, kecewa dan putus asa. Tapi beragama karena kewajiban, akan membuat seseorang berhenti berkarya ketika ia merasa lelah, kecewa dan putus asa.

Selain itu, ingat akan Tuhan selalu membuat orang hidup dengan rendah hati. Dia sadar bahwa dirinya hanyalah alat Tuhan di dunia ini. Ia tidak akan hidup dalam kesombongan rohani. Tapi apa yang kita lihat sekarang ini? Betapa banyak orang beragama sekarang ini dirasuki oleh roh kesombongan rohani. Mereka merasa lebih dari yang lainnya, gerejanya dianggap sebagai gereja yang terbaik dan yang paling diberkati dari yang lainnya, bahkan ada gereja yang merasa ‘tidak butuh’ dan karena itu tidak mau peduli dengan gereja lain. Orang (gereja) seperti ini sesungguhnya tidak ingat akan Tuhan. Mereka hanya ingat gerejanya. Kalau mereka ingat akan Tuhan mereka pasti akan mempraktekkan kehidupan yang mencerminkan “Kesatuan Tubuh Kristus” (1 Korintus 12:12-27).

Selanjutnya, ingat akan Tuhan akan membuat orang hidup sebagai ‘berkat’ bagi orang lain. Artinya, hidupnya dibaktikan sebagai sesuatu yang bermakna bagi orang lain. Hidup bermakna itu tidak selalu dan atau hanya lewat gereja. Itu bisa diwujudkan di tempat lain juga: di kantor, di sekolah, di tengah masyarakat, dll. Sekarang ini kita harus hati-hati dan mewaspadai doktrin-doktrin pelayanan yang mulai banyak dikembangkan sekarang ini, khususnya di kalangan generasi muda, sebagi doktrin yang merugikan. Doktrin itu menekankan bahwa hidup manusia hanya bermakna, jika ia mau melayani Tuhan sepenuhnya di gereja. Di luar itu hidup manusia tidak ada maknanya. Banyak generasi muda yang terpengaruh, lalu mengabaikan dan bahkan meninggalkan pendidikannya. Orang tua tahu mereka pergi belajar, tapi ternyata mereka pergi melakukan ‘proyek’ pelayanan secara sembunyi-sembunyi. Akhirnya mereka gagal dalam studi.

Ruang untuk mewujudkan hidup yang bermakna itu luas. Caranya pun dapat bermacam-macam. Seorang pelajar harus belajar dengan tekun supaya ia menjadi pandai. Jika ia sudah pandai (tentu disertai dengan iman yang kuat) ia akan dapat memberikan sesuatu yang bermutu bagi orang lain. Demikian juga dengan pegawai, karyawan, pengusaha, sopir dan lain sebagainya, jika mereka bekerja dengan baik dan penuh dedikasi, mereka akan dapat menyumbangkan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Iman Kristen, memang harus membuat kita menjadi sosok yang bermutu dalam segala hal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here