Manusia ciptaan Allah itu benar-benar makhluk yang istimewa, yang tiada bandingnya. Keistimewaannya bukan hanya terletak pada predikat atau sebutan yang dikukuhkan baginya tetapi juga pada banyak aspek dari kedirian manusia itu. Manusia acap disebut ‘khalifah Allah’, dijuluki juga sebagai ‘imago dei’. Itulah sebutan-sebutan tentang manusia yang populer di kalangan kawan-kawan Islam dan Kristen.
Manusia disebut khalifah Allah dibumi dalam arti bahwa manusia menjadi penguasa yang mengatur segala sesuatu yang ada dibumi. Tumbuh-tumbuhan, hewan, hutan, gunung, air, sungai, laut kesemuanya dapat diatur agar pemanfaatannya optimal dan mampu memberi kemaslahatan bagi banyak orang.
Dalam kapasitas khalifah/wakil itulah manusia dapat mengembangkan diri dengan baik. Tugas sebagai khalifah itu amat berat sebab itu harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Manusia sebagai imago dei cukup populer di kalangan kristiani. Istilah _imago dei_, gambar/rupa/citra Allah dimaksudkan bahwa manusia itu berkuasa atas semua makhluk dan berupaya agar seluruh makhluk memuliakan Allah. Predikat Imago dei adalah anugerah Allah tetapi sekaligus juga adalah tugas manusia yang cukup berat.
Selain Islam dan Kristen/Katolik yang memberi sebutan spesifik kepada ‘manusia’ sudah bisa dipastikan bahwa kawan-kawan Hindu, Buddha, Khonghucu, memiliki sebutan yang khusus tentang manusia yang mengacu dan berbasis pada ajaran agama masing-masing. Sebutan-sebutan khusus itu perlu lebih dipopulerkan ke lingkup masyarakat luas sehingga ikut menjadi bagian integral dari khazanah bangsa yang majemuk. Konsepsi dan perspektif yang spesifik dari agama-agama tentang manusia akan sangat besar artinya bagi semua agama di Indonesia dalam memberi kontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara khususnya dalam hal penguatan karakter manusia Indonesia.
Hal yang amat penting dari sosok manusia adalah bahwa ia dianugerahi bakat, talenta oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai bidang. Bakat dan talenta dibidang seni, iptek dan berbagai bidang lainnya acapkali membuat kita berdecak kagum karena hampir seluruhnya diluar perkiraan kita. Bakat dan talenta ternyata tidak mengenal ‘sara’ tidak mengenal status sosial, tidak mengenal lokasi, tidak mengenal kondisi fisik.
Dalam tayangan televisi kita misalnya melihat sosok manusia masih amat muda tetapi ia pandai berpidato atau seorang anak berkebutuhan khusus tapi bisa bermain piano, mereka datang dari kota-kota kecil yang nama kotanya belum muncul dipeta. Bakat yang dimiliki banyak orang ternyata ada yang terpendam karena tidak mendapat akses ke berbagai lembaga. Bakat atau talenta adalah anugerah Tuhan yang mesti dirawat dengan setia untuk dikembangkan bagi terwujudnya sebuah kehidupan yang lebih baik.
Bakat atau talenta itu memberikan banyak ‘benefit’ bagi banyak orang. Kita bisa menjadi terkenal dan negara kita akan ikut terkenal karena karya kita, kita mendapat keuntungan ekonomis, kita mendapat penghargaan dan berbagai benefit lainnya yang tidak usah menjadikan kita manusia yang sombong dan arogan. Kita tetap low profile, rendah hati dan makin memantapkan bakat kita sehingga kompetensi kita dibidang masing-masing tetap terjaga dan terpelihara.
Bakat dan talenta yang mungkin membuat kita kaya, sangat terkenal, disanjung banyak orang, tak boleh mengantar kita pada sikap yang pongah, congkak, sombong, arogan. Kita fahami bahwa semua itu adalah anugerah Tuhan dan bisa saja atas kuasaNya Ia mengambil kembali bakat dan talenta itu dari kita, dengan caraNya sendiri. Kita harus tetap menjadi orang yang rendah hati.
Semua bakat, talenta, kompetensi bahkan hidup kita dianugerahkan Tuhan kepada kita sebab itu kesemuanya harus dipersembahkan kepada Tuhan, demi kemuliaan nama Tuhan, dan sama sekali bukan untuk kehormatan kita manusia fana.
Pepatah kita menyatakan bahwa setiap orang punya kekurangan. Di dunia nyata tak ada “superman” apalagi “spiderman”. Mereka yang unggul di suatu bidang hendaknya membantu yang kurang di bidang lain; mereka yang kuat dan sempurna oleh anugerah Tuhan perlu membantu kawan-kawan yang berkebutuhan khusus; sediakan fasilitas agar mereka bisa mencapai sebuah gedung dengan nyaman. Dalam sebuah kehidupan, kosakata “saling” harus selalu dikedepankan. Saling membantu, saling mendukung, saling menghormati, saling peduli dan empati, saling mengingatkan, saling mengasihi. Kita manusia bisa memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi jangan terpenjara pada kelebihan dan kekurangan itu. Tuhan ingin agar kita melakukan yang terbaik dalam segala kelebihan dan kekurangan kita.
Selamat berjuang. God bless.
Weinata Sairin.