Hidup manusia tak pernah sepi dari cobaan, masalah dan atau tantangan. Hidup manusia selalu diwarnai oleh cobaan, pergumulan, turbulensi. Cobaan atau masalah itu bisa dipicu oleh tindakan kita sendiri bisa juga sepenuhnya datang dari luar diri kita. Contoh ada seorang yang sebenarnya amat taat beragama. Ia memberikan pembinaan spiritual hampir setiap hari ke berbagai komunitas, ke kantor dan berbagai lembaga. Ia menampilkan raut muka dan sosok kesalehan yang sempurna yang pas dengan figur seorang tokoh agamawan sejati.
Suatu saat seorang sahabat dekatnya mengajak ia ikut bersama dalam aktivitas pengembangan sebuah proyek yang nilai uangnya mencapai milyaran rupiah. Semula ia menolak ikut dalam aktivitas itu, tetapi karena dibujuk beberapa kali oleh sang kawan dekat akhirnya ia ikut juga. Ternyata kemudian baru diketahui bahwa proyek itu fiktif, dana milyaran rupiah mengucur untuk sang kawan yang kemudian diberikannya juga sebagian kepadanya. Proyek fiktf itu akhirnya tercium penegak hukum dan kedua orang itu mesti berurusan dengan hukum. Dalam kasus ini “cobaan” itu datang dari dalam diri seseorang. Andaikata ia tegas menolak untuk tidak terlibat dalam proyek itu maka dapat dipastikan ia bebas dari “cobaan” itu.
Dimasa yang lalu jenis cobaan dan media cobaan tentu tidak terlalu banyak seperti sekarang. Cobaan atau ujian terhadap kehidupan seseorang bisa datang melalui modifikasi atau ‘pemelintiran’ terhadap kata-kata. Contohnya terjadi pada waktu ular berdialog dengan Hawa, sebagaimana yang diceritakan dalam Alkitab, Kitab Suci umat kristiani. Di situ, ular dengan amat piawai memodifikasi perintah Allah kepada manusia dalam hal memakan buah pohon yang ada ditengah taman. Hawa takluk oleh godaan dan cobaan dari ular yang adalah representasi iblis srhingga ia pada akhirnya melawan perintah Allah dengan memakan buah itu, bahkan memberikannya kepada Adam. Iblis melalui ular mencobai Hawa dengan kemahirannya memodifikasi kata-kata dalam hal ini Firman Allah, yang berakhir dengan kemenangan ular!
Oleh karena setiap saat _cobaan, temptation_ itu datang menggoda umat manusia di lokusnya masing-masing dalam berbagai cara dan bentuk, maka kita wajib dalam doa-doa kita memohon kepada Tuhan agar kita jangan dibawa kedalam _pencobaan_ dan dibebaskan dari kuasa jahat, sehingga kita dapat berkarya dengan prima dan terfokus. Berkarya dengan prima dan terfokus menjadi amat penting ditengah-tengah berbagai turbulensi yang mengguncang dunia, sehingga hasil yang dicapai tetap membanggakan.
Sebagai umat beragama yang hidup di dunia modern, kita tentu tak juga lepas dari cobaan dalam berbagai bentuk dan variannya. Cobaan bisa datang dari berbagai sudut, penjuru untuk menguji kualitas keberagamaan kita. Cobaan dari bidang teknologi informasi, dunia entertain, ipoleksusbudhankam sudah tentu menghadang siapa saja tanpa pandang bulu untuk menumbangkan kita.
Pepatah kita cukup menarik untuk kita hayati dengan lebih mendalam. Pepatah kita menegaskan “Dalam cobaan, kebajikan itu membuat orang (tetap) gembira”. Tatkala kita terus menerus dalam hidup ini menginvestasikan kebajikan kepada semua orang, maka cobaan itu tak ada pengaruhnya. Kita akan tetap bisa bergembira. Kita akan tetap bisa bersiul, mendendangkan lagu, tersenyum bahkan tertawa riang.
Kebajikan adalah seauatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan, keberuntungan dan sebagainya. Kebajikan adalah perluasan dari kebaikan. Kebajikan lebih dalam dan luhur dari kebaikan. Hidup kita yang pendek, fana dan terbatas seharusnya dipenuhi dengan upaya menabur dan menginvestasikan kebajikan bagi semua orang dalam keragaman mereka masing-masing. Dengan “core bisnis” kita menginvestasikan kebajikan, maka kita tak punya waktu lagi merespons godaan yang datang menggoda kita. Mari menabur kebajikan dan melawan cobaan/ godaan disepanjang kehidupan kita hingga maut menjemput.
Selamat Berjuang. God Bless.
Weinata Sairin