Dia Yang Naik Ke Surga Akan Datang Kembali

0
3249

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Kisah Para Rasul 1:6-14

(6) Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (7) Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. (8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. (10) Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, (11) dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (12) Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. (13) Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. (14) Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.

 

Setelah 40 hari sejak kebangkitan-Nya, Yesus naik ke sorga. Dalam Kis. 1:9 dilaporkan, “ … Terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.” Kenaikan Yesus ke surga mempunyai beberapa arti yang perlu kita renungkan.

Pertama, Yesus naik ke surga menekankan adanya kelanjutan “hidup baru” yang telah tercipta dalam peristiwa kebangkitan-Nya. Naik ke surga berarti menuju Allah, dengan demikian menerima hidup abadi. Bersama Dia hidup tidak fana lagi.

Kedua, setelah Yesus naik ke surga, kita memasuki fase baru dalam kehidupan kita bersama Yesus. Jika sebelumnya Dia sendiri hadir di antara manusia, maka kini Dia hadir dalam Roh Kudus. Dia berkarya dalam Roh-Nya ini. Dengan demikian Roh Kudus mengimplementasikan maksud-maksud Yesus di dalam dunia. Juga, mengimplementasikan kasih dan kesetiaan serta solidaritas Yesus bagi manusia.

Ketiga, meskipun Yesus sudah naik ke surga, kita hidup dalam kesatuan dengan-Nya di dalam iman. Kita memahami diri kita sebagai pribadi yang hidup “bersama” Yesus. Bersama Yesus identitas kita sudah “terbayang” di surga, menunggu penyempurnaannya kelak.

Jadi, karya Yesus belum selesai. Ia yang naik ke surga, akan datang kembali. Itulah sebabnya, ketika murid-murid tercengang-cengang melihat kenaikan Yesus, malaikat berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.”

Yesus akan datang untuk menyelesaikan karya-Nya. Kita sedang menuju masa depan menyongsong “penyelesaian” itu. Masa yang kita jalani sekarang ini adalah masa pembaruan  di dalam Roh Kudus. Di dalam Roh Kudus kita harus siap dan rela untuk “diubahkan”.

Bagaimana hidup diubahkan oleh Roh Kudus? Kita ambil Paulus sebagai contoh. Sebelum bertobat, Paulus kita kenal sebagai orang yang “keras”. Ingat saja tindakannya terhadap orang-orang Kristen yang amat dibencinya (Kis. 8:3). Bagaimana setelah ia bertobat? Ternyata dia tetap sebagai Paulus yang “keras”, tetapi sudah ada yang berubah! Paulus “keras’bukan lagi untuk hal yang negatif tapi untuk hal yang positif. Untuk soal iman ia sangat teguh pada prinsip kebenaran. Di depan Raja Agripa yang mengadilinya, semangatnya yang keras itu tidak berubah. Paulus berkata, Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini menjadi sama seperti aku!” (Kis. 26:29).  Siapa berani berkata seperti itu, kalau bukan orang keras seperti Paulus? Itu berarti yang sikap “keras” Paulus yang lama telah menjadi “keras” “yang baru”.

Tanpa pembaruan dan perubahan dalam diri kita maka kita tidak menunjukkan kesiapan diri kita untuk menyambut Tuhan Yesus yang akan datang lagi. Karena itu, kita patut merenungkan pertanyaan Tuhan Yesus dalam Lukas 18:8, “… Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here