Persembahkan Hatimu Bagi Tuhan

0
1669

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

 

Lukas 7:36-50

(36) Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. (37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. (38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. (39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.” (40) Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon: “Katakanlah, Guru.” (41) “Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. (42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” (43) Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.” (44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. (45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. (46) Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. (47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” (48) Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” (49) Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?” (50) Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”

 

Yesus sering mampir di rumah orang-orang yang ingin mendengarkan pengajaran-Nya. Misalnya, Yesus pernah diundang singgah di sebuah rumah di Betani. Di situ Yesus memuji sikap Maria yang rela duduk dekat kaki-Nya dan terus mendengarkan perkataan-Nya (Luk. 10:39). Berbeda dengar Marta, saudara Maria, yang sibuk di dapur ketika Yesus berbicara kepada penghuni rumah.

Pada kesempatan lain, Yesus juga pernah mampir ke rumah Simon, seorang Farisi (Luk.7:36-50). Simon memang sengaja mengundang Yesus ke rumahnya untuk makan dan berdialog. Di rumah Simon orang Farisi ini, dikisahkan seorang perempuan yang membasahi kaki Yesus dengan air mata, menyeka dengan rambutnya, mencium dan meminyaki-Nya dengan minyak wangi.

Tindakan perempuan itu sungguh menyentuh hati Yesus. Ia melakukan “pelayanan” yang mengharukan. Tetapi apa tanggapan Simon? Simon memandangnya sebagai tindakan “menjijikan”. Dengan menggerutu ia berkata dalam hatinya, “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”

Yesus mengetahui pikiran Simon, si orang Farisi itu. Segera Yesus berkata kepadanya, “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.

Kita tentu salut kepada Simon. Sebagai seorang Farisi, ia bersedia mengundang Yesus ke rumahnya. Yesus datang dan dijamu dengan makanan. Tetapi apakah Simon benar-benar menyambut Yesus dalam hidupnya? Tampaknya belum. Dan Yesus merasakan hal itu karena Simon, tidak menyiapkan air pembasuhan dan kain penyeka kaki. Juga, tidak memberi ciuman layaknya tuan rumah yang baik. Dalam tradisi Yahudi, unsur-unsur penyambutan di atas amat penting, tapi Simon tidak melakukannya. Justru yang melakukan penyambutan secara “hangat” adalah seorang perempuan yang tak dipandang oleh Simon.

Simon, orang Farisi itu, memang menyambut Yesus, tetapi ia tidak melepaskan “ke-aku-an”nya. Ia memberi Yesus makanan, tapi tidak memberi hatinya. Itulah yang menyulitkan dia untuk merendahkan diri dan mengakui kehadiran Yesus sebagai kehadiran Tuhan yang membawa pembebasan.

Benar, bahwa perempuan itu berdosa. Tapi dia mengakui semua itu melalui sikap “kasihnya” kepada Yesus. Perempuan itu melayani Yesus dengan jiwa dan hatinya yang tulus. Berbeda dengan Simon, secara lahiriah ia menyambut Yesus masuk ke rumahnya, tapi ia tidak membuka jiwa dan tidak memberi hatinya. Ia menyambut Yesus, tetapi tidak dengan sepenuh hatinya. Yesus sudah berada di rumahnya, tetapi dianggapnya biasa-biasa saja.

Kita sering menginginkan Yesus masuk dalam hidup kita. Tapi acap kali kita tidak rela melepaskan “ke-aku-an” kita. Kita masih suka menghakimi orang lain. Kita tidak mau melepaskan perilaku-perilaku lama yang semestinya sudah harus kita tinggalkan. Yesus sudah datang. Tapi kita terlalu sibuk seperti Marta. Atau, kita tidak merasakan “kuasa” penyelamatan Yesus ketika Dia hadir, karena kita terlalu “angkuh” dengan kelebihan-kelebihan kita. Kita pikir, yang penting telah melakukan sesuatu untuk Yesus cukuplah. Kita lupa, yang dikehendaki Yesus dari kita adalah penyerahan total. Ia ingin kita menyambut-Nya dengan hati dan jiwa kita yang tulus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here