Mengasihi Yesus Lebih Dari Segalanya

0
3470

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Lukas 14:25-27

(25) Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: (26) “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (27) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

 

Mari kita bayangkan, misalnya, kita lagi berada di belakang Yesus berjalan mengikuti-Nya. Kita ingin, bahkan sangat rindu untuk hidup berama Dia. Lalu, tiba-tiba Ia berpaling kepada kita dan berkata: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Setelah berkata seperti itu, dengan tenang Yesus kembali membelakangi kita dan meneruskan langkah-Nya.

Kita, yang berada di belakang Yesus, mungkin tersentak kaget dan sambil tetap berjalan kita berusaha untuk menenangkan hati. Sepanjang jalan kita mengulang-ulangi perkataan Yesus di atas. Pertanyaan bermunculan di benak kita. Apa betul Tuhan Yesus mengatakan begitu? Ah, bercanda kali Dia! Masa saya disuruh membenci orang-orang yang saya kasihi?

Saudara, memang begitu yang dikatakan Yesus. Ia tidak bercanda. Ia bermaksud sungguh-sungguh seperti itu (hanya saja kita harus hati-hati, jangan sampai menafsirkan perkataan-Nya itu secara harfiah).

Sesungguhnya yang hendak dikatakan Yesus adalah, bila kita mau menerima keselamatan dari-Nya maka kita harus rela menyerahkan semua untuk Dia. Keluarga kita, bahkan diri kita sendiri, haruslah menjadi “persembahan” yang kita berikan kepada-Nya.

Yang dimaksud Yesus dengan “membenci” adalah: kita tidak boleh mengasihi apa pun dan siapa pun, termasuk diri kita, lebih dari kasih kita kepada-Nya. Jangan sampai kasih kita kepada orang yang lain lebih kuat dari kasih kita kepada-Nya. Kasih kita yang kuat kepada Yesus akan memberi dampak positif kepada orang-orang di sekitar kita. Ibarat kita menyalakan lampu neon di rumah, maka kita tidak perlu lagi memasang lilin, tak ada gunanya. Lampu neon itu sudah cukup menerangi segala sesuatu yng ada di dalam rumah. Jika kasih kita kepada Yesus begitu tingginya, kasih itu akan menciptakan kebaikan hidup dalam rumah tangga.

Tentang membenci nyawa, itu artinya kita harus menyerahkan diri secara total kepada Yesus. Sebelum hal ini terjadi, maka kita tidak akan mengalami hidup yang terjamin dalam Yesus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here