Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Mazmur 8:2-10
(2) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. (3) Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. (4) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: (5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: (8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; (9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. (10) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
Dalam ayat 5, pemazmur mengajukan pertanyaan yang penting untuk kita renungkan: “Apakah manusia?” Ketika pemazmur membandingkan manusia dengan langit dan bintang-bintang, manusia tampak kecil. Ia seperti lalat di depan gunung yang tinggi, tanpa nilai.
Manusia yang tanpa kecil dan tanpa nilai, membuat pemazmur harus bertanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?” Manusia yang kecil dan tanpa nilai itu tenyata berharga di mata Tuhan.
Allah yang kekal dan agung itu mengingat dan mengindahkan kita yang kecil. Tuhan memberikan kita ‘status’ yang tinggi, seperti dikatakan oleh pemazmur sendiri: “Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Engkau dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat” (ayat 6). Itulah sebabnya Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.
Begitu besarnya perhatian-Nya kepada manusia sehingga Injil Yohanes melaporkan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Karena kita bernilai di mata Tuhan sehingga Ia memberikan kita kekayaan rahmat-Nya. Lebih lagi, Ia memberikan peranan yang penting untuk kita lakukan di dunia ini: “Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawa kakinya” (ayat 7). Tuhan memberikan semuanya untuk dipakai demi kebaikannya. Dia bebas memanfaatkannya. Tapi ingat, kebebasannya tidak mutlak, sebab manusia harus mempertanggungjawabkan itu di hadapan Tuhan.
Pertanggungjawaban kita kepada Tuhan adalah dengan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Segala seuatu yang diberikan kepada kita, harus dipergunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Jika tidak demikian maka kita merusakkan nilai diri kita yang tinggi di hadapan Tuhan. terlebih legi, kita merusakkan segala rahmat yang telah dilimpahkan-Nya bagi kita.
Jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya kita, manusia, kecil dan tak berarti di dunia ini. Tetapi Allah mengingat dan memperhatikan kita. Manusia bernilai tinggi bukan karena sifat dan kesanggupannya sendiri, melainkan karena Allah memperhatikan dan memberinya peranan yang penting dalam rencana-Nya bagi dunia. Kita tidak boleh sombong, sebaliknya, seperti pemazmur, kita harus memuji Tuhan: “Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!”
Camkanlah bahwa perhatian Allah terus terarah kepada kita. Ia memperhatikan segala sesuatu yang kita lakukan. Karena itu lakukanlah apa yang baik di hadapan-Nya.