Lack of will power has caused more failure than lack of intelligence or ability (Flower A.Newhouse)

0
1527

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

Kemauan, tekad, keinginan, hasrat memiliki makna yang amat penting dalam kehidupan seorang manusia. Kemauan adalah sebuah energi yang memberi “nyawa” bagi sebuah kehidupan. Kemauan dan hasrat yang tumbuh dalam diri, membuat sebuah kehidupan itu lebih dinamis, tidak stagnan dan monoton. Sering kita dengar orang berucap : “Cancer menggerogoti hampir seluruh tubuhnya namun kemauannya amat kuat, semangat hidupnya tinggi sehingga ia kelihatan tetap menjalani kehidupan dengan penuh sukacita”. Kemauan, hasrat hidup itu memang bisa berada diatas segalanya, bahkan diatas derita yang mendera.

 

Dalam konteks itu maka kemauan, keinginan, hasrat (yang positif) harus selalu dirawat dan dikembangkan sehingga bisa sangat membantu dalam kita menjalani kehidupan dengan begitu banyak tantangan yang kita hadapi. Jika kita menelusuri jejak-jejak historis para pendahulu kita yang telah berjuang untuk memerdekakan bangsa ini amat jelas bahwa yang mereka miliki di zaman itu adalah _kemauan, keinginan, hasrat_ untuk merdeka dari penjajahan. Keinginan kuat dan gigih itu yang membuat mereka berani melawan penjajah yang notabene dari segi pengalaman, kualitas persenjataan, kekuatan SDM, dsb, yang dimiliki lawan lebih unggul. Pejuang kita memiliki bamboe roentjing, persenjataan yang terbatas, tapi hasrat merdeka amat kuat.

 

Takbisa dibayangkan jika para pejuang kita harus menunggu segala sesuatunya bagus : persenjataan, SDM, dsb baru mulai berjuang untuk melawan penjajah. Tentu saja proklamasi kemerdekaan dan realitas kemajuan bangsa seperti yang kita alami sekarang, hanya sebuah kisah dan belum mewujud-nyata. Kita bersyukur dan bangga kepada para pendahulu kita yang memiliki kemauan, hasrat dan niat mulia sehingga dalam segala keterbatasannya berjuang keras dan gigih mengusir penjajajah dari nusantara tercinta.

 

Kemauan dan hasrat seperti di zaman perjuangan kemerdekaan itulah yang seharusnya terus berkobar pada masa-masa selanjutnya sehingga mampu berkontribusi bagi pembangunan kehidupan bangsa ditengah pertarungan global. Memang setidaknya ada tiga hal pokok yang diwariskan oleh para pendahulu bagi kehidupan kita sebagai bangsa dalam menapaki zaman modern.

 

*Kesatu*, _spirit kebersamaan_. Spirit kebersamaan ini, menjadi *roh pemersatu* bagi semua elemen masyarakat dizaman itu sehingga mereka dalam kesatuan yang solid dan utuh tanpa mempersoalkan keberbedaan yang ada mampu menyatukan tekad untuk berjuang bersama melawan penjajah.

 

*Kedua*, _kemauan,hasrat, komitmen kuat_. Kemauan, hasrat, komitmen kuat untuk bebas lepas dari cengkeraman penjajah menjadi referensi dasar, motor penggerak bagi kedirian mereka.

 

*Ketiga*, _penghayatan kebhinekaan_. Adanya kesadaran bahwa warga bangsa ini pada hakikatnya adalah majemuk dari aspek suku, agama, ras dan antar golongan (sara) menjadi modal sosial yang besar dalam upaya melaksanakan perjuangan di zaman itu.

 

Kita semua berharap agar ketiga hal yang disebutkan tadi yang merupakan *legacy* dari the founding fathers akan terus direvitalisasi di sepanjang zaman agar jati diri bangsa ini yang majemuk tetap eksis dan terawat dengan baik. Seperti yang pernah dinyatakan Dr Tito Karnavian beberapa tahun yang lalu, hendaknya agama-agama lebih mengedepankan narasi-narasi damai dalam kehidupan bersama, sehingga dapat ikut membantu mewujudkan suasana kondusif dan penuh damai dalam masyarakat majemuk Indonesia.

 

Semua agama telah memberikan arah yang jelas bagaimana manusia harus terus berupaya memberikan yang terbaik dalam kehidupan yang ia jalani. Niat baik (nawaitu), kemauan dan hasrat positif mesti dikedepankan.

 

Pepatah kita mengingatkan bahwa ketiadaan kemauan lebih parah dampaknya dibanding ketiadaan kemampuan/intelektualitas. Kemauan, hasrat positif dan niat baik adalah kata kunci yang penting bagi kita menapaki masa depan.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here