Tiap Keluarga Ada Salibnya Sendiri-Sendiri

0
5036

 

Nas  :  “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23).

 

Tuhan Yesus menyuruh mereka yang hendak mengikut Dia untuk memikul salib. Salib siapa yang perlu kita pikul? Banyak orang mengira itu adalah salib Kristus. Padahal bukan itu yang dimaksudkan.

 

Tuhan Yesus berkata,” Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23)._ *Di sini bukan tertulis, “Salib-Ku” melainkan “salib-nya”. Salib yang perlu kita pikul bukanlah salib Kristus, melainkan salib kita sendiri.

 

Mengapa Tuhan Yesus menyuruh kita memikul salib kita masing-masing?* _*Salib adalah “lambang penderitaan”, atau lebih tepat lagi, lambang “Penderitaan sebagai Pengorbanan”.

 

Tidak ada orang yang menghendaki penderitaan. Namun, kenyataannya dalam hidup ini tidak ada orang yang luput dari penderitaan. *Penderitaan ada sebagai bagian dari hidup kita dalam pelbagai bentuk yang berbeda.

Contoh: “Macam-macam Salib Keluarga”.

 

Dalam tiap pekerjaan ada tugas yang menyenangkan dan ada pula tugas yang kurang menyenangkan, bahkan menjengkelkan. *Bagian dari tugas kita yang menjengkelkan itu adalah salib yang perlu kita pikul.

 

Kehidupan keluarga pun terdiri dari bagian yang menyenangkan dan bagian yang kurang menyenangkan. Penyakit, musibah, atau persoalan rumah tangga adalah bagian-bagian yang kurang menyenangkan.

 

Kita tidak dapat menghindar dari bagian-bagian yang kurang menyenangkan itu. Kita tidak boleh hanya mau enaknya saja. *Juga bagian-bagian yang tidak enak perlu kita pikul. Itu adalah salib kita.

 

Keluarga lain menghadapi salib yang bentuknya lain lagi. Belum sebulan keluarga ini menempati rumah mereka yang baru. Rumah ini adalah hasil kerja keras dan hidup sangat berhemat selama sepuluh tahun lebih. Seluruh tabungan habis terkuras untuk melunasi cicilan rumah ini. Namun, belum lagi mereka sempat mengasuransikannya, rumah mereka beserta seluruh isinya habis dimakan api.

 

Dalam kehidupan ini memang ada seribu satu macam salib. Tiap keluarga mempunyai salibnya masing-masing.

 

“Ada keluarga yang begitu sedih karena mendambakan anak, sebaliknya ada keluarga yang mempunya banyak anak, namun perilaku anak mereka sungguh menyakiti hati”

 

Ada istri yang tertekan batin karena suaminya tidak setia. Ada anak yang dirundung kesedihan karena sejak kecil ditinggal ayah, ada pula anak yang mempunyai ayah, tetapi “ayahnya adalah seorang pemabuk”

 

Ada istri yang baru saja melahirkan anaknya yang pertama, tetapi seminggu kemudian suaminya meninggal akibat tabrakan lalu lintas.

 

Ada suami yang tiap bulan harus mengantarkan istrinya “cuci darah” karena mengidap sakit ginjal dam seluruh gajinya habis digunakan untuk pengobatan istrinya.

 

“Kalau kita melihat keluarga lain, maka kita akan berpikir, alangkah beruntungnya keluarga itu, mereka tidak menghadapi penderitaan. Memang dari luar bisa saja keluarga itu tampaknya tidak dirundung persoalan atau penderitaan. Namun sebenarnya tiap keluarga mempunyai persoalannya sendiri.”

 

*Memang ada persoalan atau penderitaan yang terjadi karena kesalahan kita sendiri. Demikian juga ada persoalan atau penderitaan yang dapat kita tanggulangi. Namun, ada pula persoalan dan penderitaan yang betul-betul tidak terelakkan. Penderitaan yang tidak terelakkan ini adalah salib yang perlu kita pikul.*

 

Mungkin kita ingin menghindar dari salib itu. Justru karena itu, dalam ucapan-Nya yang kita kutip tadi, Tuhan Yesus menyuruh kita “menyangkal diri”, artinya: mengalahkan keinginan kita sendiri.

 

Menjelang penderitaan-Nya di Golgota, Tuhan Yesus pun ingin menghindar dari penderitaan.

 

*Ia memohon, “ Ya, Bapa-Ku, jika Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-Ku…”(Luk 22:42a).* Namun, pada waktu itu Yesus pun menyangkal diri dan berdoa: “…tetapi bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42b).

 

Dalam ucapan-Nya yang kita kutip tadi, Tuhan Yesus bukannya menyuruh kita memikul salib hanya sekali-kali, melainkan setiap hari: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, *memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Salib yang perlu kita pikul adalah penderitaan dan persoalan yang merupakan bagian dari hidup kita sehari-hari.”

 

Dalam memanggil orang-orang untuk mengikut Dia, Tuhan Yesus tidak menjanjikan jalan hidup yang penuh dengan keberhasilan atau jalan hidup yang tidak menghadapi penderitaan. Tuhan Yesus justru mengingatkan bahwa mereka harus mau memikul salib. *Bersedia memikul salib merupakan prasyarat untuk mengikut Yesus sebab dalam jalan hidup Yesus pun ada penderitaan.

 

Selamat memikul Salib kita masing-masing,Tuhan menolong dan memberkati kita semua

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here