Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Dalam menapaki jalan hidup yang panjang, acapkali kita berhadapan dengan kesulitan. Bahkan tak jarang kesulitan itu dihadapi seseorang sejak ia dilahirkan. Ada kasus seorang bayi yang lahir prematur sehingga sesudah lahir, sang bayi mesti tinggal dulu di Rumah Sakit untuk mengalami perawatan seperlunya. Atau seorang bayi yang baru lahir tapi ternyata mengidap cacat bawaan sehingga mesti dirawat beberapa waktu lamanya.
Banyak sekali terjadi kasus-kasus seperti ini tatkala seseorang sudah harus mengalami penderitaan sejak masa bayi, baik oleh karena faktor gizi/ekonomi maupun karena faktor-faktor lainnya. Namun derita pada masa bayi justru menjadi sumber motivasi bagi seseorang untuk berusaha dan bekerja lebih keras dalam kehidupannya.
Kesulitan yang dihadapi seseorang mewujud dalam berbagai bentuk. Bisa kesulitan fisik yang membuat seseorang tidak mampu menjalankan tugasnya secara optimal. Ia termasuk dalam kategori “orang-orang yang berkebutuhan khusus” yang pekerjaannya sangat spesifik. Mereka yang berada dalam kategori ini dalam perkembangan terakhir tidak lagi melihat kondisi fisik yang melekat pada dirinya sebagai sebuah ‘kesulitan’.
Kesulitan bisa dihadapi ditempat kerja, kesulitan itu berbau diskriminatif dan agak sensitif untuk bisa diungkap. Seseorang dari segi peraturan kantor sebenarnya sudah bisa naik golongannya dan mendapat jabatan baru. Namun karena ia berasal dari suatu wilayah dan dari suku tertentu maka Ia terkendala kenaikan golongannya. Ia pernah bicarakan hal itu dengan kepala kantor namun kesulitan seperti itu tak bisa diterobos.
Kesulitan-kesulitan yang sifatnya diskriminatif kita berharap makin berkurang seiring dengan makin bertambahnya tingkat kecerdasan masyarakat dan semakin tingginya tingkat profesionalisme komunitas. Selain kesulitan eksternal yang dihadapi di kantor, ditempat kerja, di masyarakat maka kesulitan pada lingkup internal juga cukup banyak dan mengganggu. Pada level internal kesulitan yang dihadapi bisa juga karena soal dana, menderita sakit, dan hambatan lain yang berhubungan dengan keluarga.
Dalam perspektif seorang yang beragama, kesulitan adalah sesuatu yang mesti diterima sebagai bagian dari pembelajaran hidup dan bahkan penguatan iman. Itulah sebabmya dari pengalaman empirik orang yang sukses dan bisa mencapai bintang adalah mereka yang pantang menyerah terhadap kesulitan; mereka yang tekun dalam mengurai tali- tali kesulitan sehingga dapat menemui solusi terbaik
Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menegaskan bahwa mereka yang sungguh berusaha tidak ada yang terlalu sulit. Kita harus sungguh-sungguh berusaha, berdoa dengan khusuk, bekerja keras, optimisme yang kuat. Dengan melakukan hal itu semua kita yakin akan mampu keluar dari kesulitan, kita sukses dan menang!
Selamat berjuang. God bless.