IN THE MIDDLE OF DIFFICULTY LIES OPPORTUNITY (Albert Einstein)

0
2838

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

Kesulitan dalam beragam bentuk hampir selalu hadir mewarnai perjalanan hidup seorang manusia. Memang setiap orang memandang kesulitan itu dalam multi perspektif, dalam banyak angle. Ada yang memahami kesulitan sebagai cobaan atau hukuman dari Yang Diatas, dan bahkan menafsirkannya sebagai sebuah *takdir*. Dalam konsep berfikir seperti ini seseorang menjalani saja tahap-tahap kehidupan yang sulit itu dengan tekun dan sabar. Sementara itu ia terus berdoa agar suatu saat Tuhan membebaskan dia dari kesulitan itu dan bisa mencapai bahkan menikmati kebahagiaan.

 

Ada juga yang memahami kesulitan itu sebagai “media edukasi” sehingga melalui pengalaman dan proses berinteraksi intens dengan kesulitan, seseorang mengalami proses pembelajaran yang amat positif yang  bermuara pada penguatan kedirian dan profesionalisme seseorang. Dalam paradigma berfikir seperti ini maka kesulitan yang dihadapi seseorang malah menjadi pemicu dan pemacu seseorang untuk makin meningkatkan prestasi melalui berbagai bentuk. Kesulitan menjadi pendorong bagi seseorang dalam mengukir karya terbaik bagi masyarakat luas.

 

Mereka yang berada dalam posisi berfikir seperti itu tidak merasa pesimis atau putus asa menghadapi kesulitan dalam bobot apapun, malahan melihat ‘kesulitan’ sebagai salah satu tangga dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan.

 

Oleh karena itu orang-orang dari tipe ini tetap optmistis, dinamik, trengginas berhadapan dengan kesulitan. Mereka tidak mengeluh atau complain kepada sang penentu takdir, mereka terus bertekun dalam mencari solusi dan mematangkan kedirian mereka. Cara membaca kesulitan dan atau memposisikan kesulitan yang datang mendera kehidupan memang amat tergantung dari kapasitas dan kompetensi seserorang. Orang bijak berkata bahwa kesulitan itu mesti diurai menjadi kecil-kecil agar daya dan energinya tidak lagi dahsyat.

 

Kesulitan mesti dihadapi dengan tenang, tidak panik. Ketenangan itu membuat sebuah kesulitan dapat dianalisis, dikaji faktor penyebab dan dicari jalan keluarnya. Ada banyak ‘pemimpin besar’ yang makin besar dan penuh wisdom justru sesudah menghadapi berbagai kesulitan.

 

Kita semua sebagai umat beragama diingatkan oleh ajaran agama kita masing-masing bahwa dalam menghadapi kesulitan, iman kita tetap teguh. Jangan kita menyerah kalah oleh karena kesulitan. Apalagi jangan kita mengubah iman kita hanya karena kesulitan hidup.

 

Ada banyak kasus yang secara jelas menyatakan kepada kita bahwa pengubahan iman atau perpindahan agama terjadi bukan karena *keputusan teologis* tetapi lebih karena ‘keputusan ekonomi’ atau ‘keputusan politik’ atau karena faktor lain misalnya pernikahan. Kekuatan, daya tahan iman dan pengubahan iman memang sesuatu yang bersifat pribadi.

 

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menegaskan bahwa selalu ada peluang dalam setiap kesulitan yang.kita hadapi. Persoalannya adalah apakah ditengah kesulitan yang membelit seseorang, ia masih memiliki mata cerdas untuk melihat adanya peluang. Banyak orang yang justru terbelenggu pada kesulitan itu sendiri sehingga ia tak mampu lagi melihat bahwa sebenarnya masih tetap ada peluang ditengah kesulitan apapun. Pandangan Albert Einstein tetap cerdas dan bernas untuk menjadi bahan masukan bagi kita.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here